Anis Faridatur Rofiah
Risa masih bingung dengan apa yang akhir-akhir ini terjadi padanya. Mimpi-mimpi aneh dan berkali-kali ia menemukan mawar putih di tempat tidurnya. Ia telah bertanya pada teman-temannya sekamar, bahkan teman satu panti telah ia tanyai, namun mereka semua tidak tahu-menahu tentang mawar putih yang dimaksud Risa.
“Risa, tidak mungkin teman-temanmu yang menaruh mawar putih itu di tempat tidurmu,” sangkal Bunda pengasuh panti.
“Lalu siapa, Bunda?” tanya Risa.
“Bunda juga tidak tahu, sayang. Namun dilihat dari bentuk dan banyaknya bunga yang dikirim padamu, Bunda yakin pasti yang mengirim bunga tersebut ingin berteman denganmu.”
“Tapi semua anak panti di sini telah menjadi teman Risa, bukan? Sepengetahuan Risa nggak ada yang punya salah sama Risa,” sangkal Risa. “Lagipula bunga sebanyak itu jarang ada di sini.”
“Benar juga kamu, sayang.”
Semakin lama Risa semakin bingung dengan bunga-bunga yang terus menerus dikirim untuknya. Sampai pada suatu malam Risa bermimpi bertemu seseorang yang wajahnya ditutupi dengan banyak mawar putih. Orang tersebut memberikan mawar sebanyak yang ia pegang pada Risa dan langsung lari meninggalkan Risa. Risa hanya sekejap dapat melihat wajah orang tersebut dan kaget, karena wajahnya begitu mirip dengan Risa. Begitu terkejut Risa hingga ia terbangun. Dan bertambah terkejut lagi ia ketika melihat rangkaian mawar putih di tangannya.
Seketika Risa lari ke kamar Bunda. Bunda yang sedang tidur nyenyak langsung terbangun mendengar suara Risa mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
“Ada apa, Risa?” tanya Bunda kaget
“Bunda, Risa takut,” kata Risa seraya memeluk Bunda.
“Takut apa,sayang?” tanya Bunda lembut.
Kemudian Risa menceritakan semua yang terjadi padanya.
“Kalau begitu, kamu tidur di kamar Bunda saja.”
Semenjak itu Risa semakin takut terhadap apa yang terjadi padanya. Hingga pada suatu hari entah mengapa ia ingin pergi ke suatu tempat yang ia pun tak tahu. Ia berjalan dan terus berjalan hingga suatu tempat yang lebih mirip kuburan.
Risa kaget mengapa ia ada di kuburan. Langit hampir gelap. Ia hendak beranjak meninggalkan tempat itu, tetapi diurungkannya begitu melihat pohon mawar putih yang sangat banyak dan bunga mawar tersebut sama dengan mawar yang dikirim padanya. Ia ingin memetik salah satu saja, namun ketika ia akan memetiknya tiba-tiba di samping pohon mawar tersebut muncul seseorang yang mirip dengannya. Risa ingin lari namun tak bisa, karena kakinya begitu kaku dan beku.
“Jangan takut Risa,” kata orang tersebut.
“Siapa kau? Pergi! Pergi!’ teriak Risa.
“Aku Rista, saudara kembarmu,” jelas orang tersebut. Waktu semakin senja dan maghrib hampir tiba. Risa benar-benar ingin berlari namun tidak mampu.
“Risa, percayalah padaku aku ini saudaramu”.
Risa tertunduk, “Lalu mengapa kaulakukan semua ini padaku jika kau saudaraku.”
“Aku ingin menyangkal tentang tuduhanmu bahwa orang tua kita jahat.”
“Jika mereka bukan orang jahat, mengapa aku ditinggalkan di pinggir jalan. Padahal, aku masih sangat kecil.”
“Kamu ingin tahu?”.
“Ya, aku ingin tahu.”
“Sebenarnya pada saat itu orang tua kita akan mengajak kita berlibur. Namun, di tengah perjalanan terjadi kecelakaan. Kamu terlempar jauh dari mobil, sedangkan aku tertindas ban dan orang tua kita meninggal seketika.”
Risa menangis keras. Ia menyesal telah berprasangka buruk pada kedua orang tuanya.
“Jadi, kau yang mengirim mawar-mawar itu padaku?” tanya Risa.
“Benar sekali. Aku mengirim bunga mawar tersebut padamu sebagai penanda aku ingin mengenalmu dan menjelaskan semua padamu. Sebenarnya aku dikubur tepat di bawah pohon-pohon mawar ini.”
“Lalu mengapa baru sekarang kaudatang padaku?” tanya Risa.
“Karena saat ini bunga ini sedang berumur tujuh bulan dan sama persis dengan usiaku ketika meninggal.”
Sekejap Rista lenyap ketika adzan maghrib dikumandangkan. Risa baru sadar kalau hari telah gelap dan dia sendirian di kuburan. Risa lari sekencang-kencangnya dan menangis, karena telah berpikir buruk mengenai orang tuanya. Risa lari dan terus berlari. Ia tak menyadari kalau ada truk yang melaju kencang ke arahnya dan Risa masih sempat melihat Rista mengulurkan tangan padanya. Darah bercucuran dari mulut dan kepalanya. Rista mengajak Risa pergi ke alam yang sama sekali tidak ia ketahui.
Sepasang saudara itu terkubur di taman bunga…
Lamongan, 2007