Pantun, Kampanye, dan Pemilu

Rendra Setyadiharja*

batampos.co.id

Kota Tanjungpinang, Kota Gurindam Negeri Pantun. Adalah sebuah nama yang masyhur di telinga penulis. Kota dimana penulis dilahirkan dan dibesarkan. Kota yang dipimpin oleh wali kota yang cantik, dialah bundaku Hj Suryatati A Manan. Sekarang kota ini bertambah lagi gelarannya sebagai negeri pantun. Dimana budaya pantun sangat dilestarikan di kota ini. Boleh dikatakan segala aktivitas penduduk ataukah pejabat pemegang kekuasaan di kota ini sangat gemar berpantun. Baik itu dalam percakapan, atau dalam sambutan. Jadi wajar saja jika kota ini digelari negeri pantun, negeri tempat pantun selalu dilantunkan.

Pantun adalah sebuah budaya yang banyak digunakan oleh bangsa Melayu pada zaman dahulu. Bahkan dahulu pantun menjadi sebuah bahasa komunikasi bagi bangsa Melayu. Dimana pantun terucap dari seseorang dan ditanggapi oleh orang lainnya dengan pantun juga. Sungguh budaya yang menarik. Pantun juga dapat menjadi nilai seni karena mengandung makna kias yang tinggi. Bisa saja seseorang mengeluarkan isi hatinya dengan bahasa indah pantun. Pantun juga bisa jadi bahasa persengketaan yang lebih sopan dibanding dengan bahasa awam. Hal ini terbukti bahwa pantun juga dipakai oleh bangsa zaman dahulu bila hendak berkelahi. Kita lihat saja kisah Hang Tuah dan Jebat, meskipun untuk sebuah konflik pantun terlihat lebih sopan bila dibanding bahasa pada awamnya.

Kini pantun telah hidup kembali. tidak lagi hanya bahasa komunikasi yang digunakan oleh bangsa Melayu pada zaman dahulu, akan tetapi pantun juga telah menjadi bahasa komunikasi pada era globalisasi ini. dalam kehidupan sehari-hari, pantun biasanya terlantun dalam acara pernikahan. Namun sekarang tidak hanya dalam acara pernikahan akan tetapi dalam ucapan, ada juga segelintir orang yang mampu berbalas pantun. Pantun juga sering dipakai oleh para pejabat dalam sambutannya.

Tidak lama lagi Negeri Pantun ini akan melewati sebuah peristiwa besar di tahun 2009 ini yaitu Pemilu. Adakah kaitan antara pantun dengan pantun? Penulis coba mencari hubungan antara pantun dengan Pemilu. Ternyata pantun juga ambil bagian dalam ajang demokrasi ini. Pemilu 2009 memiliki keunikan tersendiri dimana memiliki masa kampanye yang cukup panjang. Ini dibuktikan masa kampanye dimulai semenjak Juli 2008 hingga nanti Maret 2009.

Kampanye adalah upaya mempropagandakan partai dan program-programnya dalam rangka menarik dukungan dan simpati masyarakat. Kampanye merupakan bagian penting dalam percaturan politik. Melalui kampanye, suatu partai dapat memperkenalkan program-programnya, sekaligus dapat menarik simpati pemilih agar memberikan hak suara dan dukungan mereka kepada partai tersebut.

Bila dilihat dari definisi kampanye, maka bisa dikatakan bahwa kampanye adalah ajang dimana mengenalkan partai politik kepada masyarakat. Masyarakat kota Tanjungpinang mayoritasnya adalah suku Melayu meskipun banyak beragam suku bangsa lainnya yang hidup rukun berdampingan. Akan tetapi dengan digelarnya kota ini menjadi negeri pantun, maka pantun telah menjadi budaya bagi masyarakat Kota Tanjungpinang. Sehingga timbul keunikan dalam masa kampanye ini. Ternyata untuk menarik dukungan atau simpati masyarakat sebuah partai politik ataupun seorang caleg di Bumi Melayu ini, pantun menjadi salah satu media kampanye ataupun bahan kampanye.

Bila kita mendengar iklan di radio, tentunya tidak asing lagi bagi warga Kota Tanjungpinang dengan iklan tersebut. dapat kita dengar pantun terucap dalam salah satu iklan partai politik tertentu. Bukan saja hanya satu pantun, bahkan lebih dari satu pantun yang terucap oleh salah seorang pemimpin partai politik yang iklannya tersiar oleh salah satu radio di kota ini. Ternyata pantun saat ini bukan saja jadi media komunikasi yang santun antara seseorang dengan orang lainnya, atau bahkan bukan saja hanya terlantun dalam sambutan akan tetapi pantun telah masuk dalam ranah politik, dimana pantun menjadi media kampanye beberapa partai politik.

Tidak hanya dalam iklan di media elektronik, akan tetapi pantun juga telah menjadi media kampanye yang bergandengan langsung dengan foto para calon legislatif kita. Di beberapa baliho, spanduk dan lain sebagainya tertulis sebait pantun atau beberapa bait pantun.

Ternyata benar-benar tidak salah jika Kota Tanjungpinang ini digelari Negeri Pantun. Karena memang dimana-mana terlantun atau tertulis pantun. Mungkin inilah yang bagaikan kata pepatah ?dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung?, dengan adanya pantun dalam media kampanye para calon legislatif ataupun partai politik menjadikan partai politik dan caleg secara tidak langsung juga telah berusaha untuk melestarikan budaya pantun ini ke tengah masyarakat. Sehingga pantun tidak hanya dikenal oleh orang-orang tua saja, atau pemangku adat Melayu saja, tetapi pantun juga telah dikenal dan dikuasai oleh para calon wakil rakyat kita dan pemimpin kita.

Nilai positif yang dapat diambil dari masuknya pantun dalam ranah politik yaitu; pertama, terciptanya kampanye yang lebih sopan dan beradat. Dengan berpantun para caleg tidak perlu mengubar janji-janji yang panjang, ataupun dengan kata-kata yang muluk, akan tetapi cukup dengan sebait pantun yang memiliki makna yang artistik dan penuh dengan nilai seni.

Kedua, secara tidak langsung, caleg dan partai politik telah melestarikan budaya pantun ke tengah masyarakat sehingga pantun akan cepat populer di telinga dan mata masyakarat. Ketiga, para caleg dan partai politik, ikut menjunjung tinggi adat budaya Melayu dengan berpantun dan secara tidak langsung telah membantu tercapainya visi negeri pantun.

Dan keempat, para caleg dan partai politik telah memahami bagaimana membuat pantun. Memang sebenarnya tidak semua pantun yang diucap atau tertulis dalam media kampanye adalah pantun yang telah sesuai dengan kaidahnya, tetapi setidaknya, para caleg telah mampu menciptakan sebuah karya sastra yang memiliki nilai budaya yang kuat.

Penulis berharap, pantun tidak hanya dipakai sebagai media kampanye saja, setelah itu hilang entah kemana pantun ini setelah masa kampanye. Tapi penulis berharap pantun akan tetap lestari walaupun masa kampanye telah berakhir, pemilu telah selesai dan juga para caleg pun telah terpilih dan duduk sebagai wakil rakyat, pantun akan tetap digunakan dan terus dilestarikan. Jangan setelah terpilih nanti, pantun yang dahulunya menjadi media kampanye hilang. Akan tetapi teruslah digunakan. Jikalau perlu, warnai sidang-sidang para anggota dewan kita dengan pantun. Jadikan negeri ini lebih santun dengan pantun. Tak Melayu Hilang di Bumi, Tak Pantun Hilang di hati??

Molek jelita si anak raja
Duduk berdepan si permaisuri
Junjung budaya kita bersama
Mari tegakkan marwah negeri
Lagu dilantun merdu irama
lagu lama si sirih junjung
Negeri pantun sudah bernama
Mari dijaga mari dijunjung
***

*) Pemantun Pemecah Rekor MURI Berbalas Pantun Terlama.

Leave a Reply

Bahasa ยป