KULTUR DAN IDENTITAS

Sastra Nir-ideologi: “Menjadi Tak Ada”
Gus TF Sakai
http://kompas-cetak/

Ketika individu menjelma jadi kelompok, ada unsur, sifat, atau kepentingan sama tertentu yang mengikatnya. Dan, identitas dalam bentuk kelompok (etnik, kultur, nation) selalu berada dalam sistem kompleks yang tak bisa dikenali melalui individu.

Fisika boleh menemukan partikel terkecil sub-atomik misalnya, tetapi ketika sejumlah atom berada dan terikat dalam gugus atom (molekul, senyawa), “wujud” yang muncul selalu beda. Dalam kajian sosial, sistem kompleks kumpulan individu ini diidentifikasi melalui ideologi. Tetapi, tepatkah identifikasi seperti itu? Continue reading “KULTUR DAN IDENTITAS”

Mengalir seperti Siklus Air

Rukardi
suaramerdeka.com

HIDUP bagi Sosiawan Leak adalah berkesenian. Keseriusan dia menjadi seniman terukur dari deret panjang karya dan bejibun aktivitas. Sejak 1987 puisi-puisinya mengisi kolom sastra pelbagai media cetak di Indonesia. Di luar itu, puisi Leak juga menghiasi lebih dari 25 antologi yang diterbitkan berbagai forum dan festival sastra, baik lokal maupun nasional. Dua antologi puisinya bersama Gojek JS dan KRT Sujonopuro diterbitkan khusus oleh Yayasan Satya Mitra Solo, yakni Umpatan(1995) dan Cermin Buram (1996). Continue reading “Mengalir seperti Siklus Air”

Paradigma Sosiologi Sastra hingga ”Jero Ketut”

Dari Diskusi Bedah Buku di Balai Bahasa Denpasar 2003

Nuryana Asmaudi
http://www.balipost.co.id/

BUKU sosiologi sastra di Indonesia bisa dipastikan saat ini masih sangat terbatas. Begitu pula para tokoh yang punya minat dan kemampuan menulis buku tersebut masih sangat sedikit, bahkan boleh dibilang masih langka. Sekadar untuk menyebut diantara orang yang telah menulis atau menghasilkan buku sosiologi sastra di Indonesia itu misalnya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, Dr. Umar Junus, dan Dr. Faruk HT, yang karyanya bukunya sudah beredar cukup lama. Kehadiran penulis lainnya jelas masih diperlukan dan sangat ditunggu-tunggu, untuk menambah jumlah dan memperkaya khazanah literatur kajian sastra Indonesia yang selama ini masih “miskin” dan terbekalang dalam dunia kesusastraan. Continue reading “Paradigma Sosiologi Sastra hingga ”Jero Ketut””

Menegakkan Pusat Alternatif

Sunaryono Basuki Ks *
sinarharapan.co.id

Pada ”Temu Sastra Bali Nusra” yang diselenggarakan di Mataram tahun 1986, saya mengemukakan sebuah gagasan mengenai penegakan pusat alternatif bagi kegiatan berkesenian, terutama sastra. Saat itu, mungkin gagasan itu masih sangat relevan, karena kecenderungan para sastrawan terutama yang tinggal di luar Jakarta saat itu ialah menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap dominasi para pengasuh ruang budaya pada penerbitan Jakarta. Continue reading “Menegakkan Pusat Alternatif”