jurnalnasional.com
Donat
Sayang
wajah yang selalu mengetuk rangka badan tengahku
wajah yang selalu menyembul dari dasar mataku
adalah wajahmu
tak peduli taburan bintang bercahya di siang
tak ragu menyergap alur-alur nadi yang tlah pecah
yang keluar dari wilayah-wilayah berlobang masihlah kamu
entah mengapa sayang
dalam lobang tengah lingkaran tepung lezat ini
smua kenangan denganmu muncul begitu saja
smua seperti biasa
kamu tetap kamu
kamu punya rahasia
yang pernah aku buka
namun kadang lupa tuk percaya
karena mata
mata tanpa mata
tepat di pusat donat
rahasia melingkar cinta kita
Brownies
Kasih
aku tidak akan apa-apa tapi bicaralah malam ini saja
lewatlah tempatku bel brownies kukus menggoda selera
aku kan keluar dan lepas kau dengan doa
di rumah lapisan cake cokelat sederhana tanpa hiasan
tempat kita bertemu
moga kita berhasil melembutkan teksturnya
menyatu lumeran cokelat lapisan cake saat kita santap
semoga kamu bahagia
dengan fruit orange brownies
pandan cheese brownies
brownies kukus ketan hitam
dan brownies kukus putih telur
yang puaskan selera hidup
entah sampai kapan
Bakpia Jogja
Sayangku
aku hanyalah penunggu-penunggu waktu
kutahu di pusar waktu itu kacang hijau gulaku
tlah menyatu mentega minyak dan tepung terigu
musim bakpia yang pergi tlah kita lalui bersama
perpisahan itulah kegalauan berujung raga di mata yang mencucur air cinta
aku hanya berharap dalam bakpia Jogja itu
kau tak pernah pergi tanpa pesan
dan kepada bakpia Jogja kita kau kan pastikan
sayangku apakah
aku pernah mendapatkanmu
tanpa aku ada di hatimu
Pizza
Wahai anak korban
Katakanlah pada semak daun yang mengintip kita berfoto diri untuk masa depan
ingatkan sesuatu terjadi masa ayah dalam lorong siksa
mereka penyiksa sekaligus penghidup kita tlah sembunyikan kebenaran hanya karena aniaya mereka
mereka telah aniayakan kebenaran nak
dan kita jadi korban demi kemuliaan cita-cita
ayahmu nak tak akan pernah kalah karenanya
kau tlah berfoto untuknya
bahwasanya nak pizza yang merajalela ini
tak juga sejahterakan seperti kata semula
namun anehnya terwadahi oleh kebenaran itu juga
dan ayah kita belum juga suka
meski kita suka sbab pizza
netral adanya
Ampyang
Hai para pencinta
anugerah apa yang lebih baik dari cinta?
karunia apa yang lebih elok dari asmara?
pengasihan apa yang lebih indah dari kasih?
rahasia apa yang lebih besar dari cinta kasih dan asmara?
bumi kan henti putaran hanya untuk menjawab
mata kan terbalik cara pandang hanya untuk memikir
sel jiwa kan luruh hanya tuk tahan gemuruhnya
membalik arah edar matahari
memadamkan bara api bintang terpanas
meledakkan dada nan tak punya kendali
waspadalah
jangan sampai berjamur cinta dan kasihmu
dalam ampyang gula kacang sang pralambang
Brondong Jagung
Puji puji puji
yang kita sembah tunjukkan dan tuntun kita ke tempat mulia
dihamparkanNya kasih sepermai ladang jagung penumbuh brondong bernama popcorn masa sekarang
kasih kekal dalam kesementaraan memang tak terlalu manis
sedikit gula menyalut bulir-bulir merekah
jauh membumi dan melangit
jauh dari kasih jagung muda berjalan
jauhkan pop corn menajiskan
pengganti anak baru gede
untuk menunjuk pemuas
seksual
kaum
menyimpang
Ledre Bojonegoro
Na na na
menikmatimu aku pun rindu kekasihku
yang tlah lama kuputus tuk kutinggalkan
rindu setengah mati aku dengan hasrat menjalar-jalar
melihat bayangan merah muda sungguh megah
dalam keheningan sangkakala malam
melenting di lompatan manusia laba-laba
serasa terkutuklah aku tanpa tanggung jawab
namun besar semakin besar tanggung jawab yang lain
aku pun tak seberani waktu kita bercumbu dulu
kupikir apakah kamu pun memikirkan aku
ataukah cuma kau pikirkan manusia-manusia berhasil
yang kini di genggaman tanganmu
karena kau perempuan
siang penuh gairah malam pun melimpah gairah
antara putih dan jingga gairahmu
sedang kini aku hanya meniup dari sini
kuyakin tengkukmu rasakan isis tiupan ini
jawablah pasti kamu tetap pikirkanku
tapi siapa mau peduli
kecuali
aku sendiri
Pisang Ambon
Bangun bangun bangun
kurindu mahasiswa turun jalan lagi
makan nasi bungkus lemparan ibu-ibu
98 rontokkan gigi Suharto
sayang sayang sayang
mahasiswa terpecah kecil lebih dari rambut
gigi palsu Suharto lebih kuat lekat di gusi goyang
wah wah wah
mantan mahasiswa jadi juragan
lulus kuliah kerja enak di kursi empuk
berubahlah garis keras ke garis lembek
selembek pisang ambon
duh duh duh
buah besar yang keras hanya akarnya
buah lembek apalagi jusnya yang banyak disaji resto
bekas mahasiswa banyak suka
bangun bangun bangun
apa mahasiswa 98 sudah selembek pisang ambon rebus ini?
kutunggu jawaban tidak
ya
tidak
Pisang Pasir
Umat hai umat
berpasir-pasir derita menyamuderaiku sampai cedera
akibat perbuatanku sendiri menjemput mara bahaya
dalam-dalam luka gerogotiku merayap dari luar
mengepung dengan panas gila
lecet kulitku menjerit syarafku mengering tulangku
tiada lagi waktu menitik air mata
kerontang sudah sumber hidupku
hendak mati aku
namun ada yang tersenyum mendengar jerit derita
adalah bebunyian merdu bagi telinga-telinga baru
bahkan bagi telinga pengganti
yang tumbuh saat kesadaran bertobat belum terlambat
menyiapkanku dengan kecap hidangan makannya
hanya aku siapkan hati
tidak akan sejatinya mati
seperti pisang pasir kita
Bubur Merah Putih
Moyangku
jingga menjadi payung dan hijau latarmu
hitam merupakan selimut dan coklat tertahankanlah kakimu
rumahmu begitu lapang nan luas
kemewahan buatan kawulamu menahan air cucian pesta
menjulang bata merahmu menusuk dirga
hujanlah dari lubang angkasa dan basahlah tanahmu tumbuhlah bulir pepadimu
klintang klinting byar byar jreng
rakyatmu meritmiskan langkah kaki dan geliat tangan
rodamu berputar saban waktu sampai berabad depan
kini mereka mengecil dalam bingkai kaca
namun besarmu mengatasi langit dan gerabahmu masih berbunyi
perut arcamu masih perkasa dan tombaknya masih beracun
walau pelatarannya sepi dan dalamnya lebih senyap
simbol keramatnya masih ada masa sekarang
bubur merah melingkari bibur putih
dalam piring beralas hijau daun pisang
berjaman jadikan kita bangsa
Daging Darah
Kekuatan tobat doa dan puasa
membuatku berkenan kepada Allah
Tuhan
terimakasih kau beri mujizat
dalam tubuh dan darah
yang kusembah.
***
Yonathan Rahardjo, kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur 17 Januari 1969. Karya-karyanya diantaranya: Novel: Lanang (2008), Taman Api (2011), Wayang Urip (2012), Anak Turun Airlangga (2019), Pertobatan Seorang Golput (2019), Antologi Cerita Pendek: 13 Perempuan (2011), Antologi Puisi: Jawaban Kekacauan (2004), Kedaulatan Pangan (2009), Ilmiah Popular dan Jurnalistik: Avian Influenza, Pencegahan dan Pengendaliannya (2004), Air Sehat untuk Ternak Ayam (2012), Mengatasi Stres Ayam (2012), Flu Burung, Kajian dan Penanggulangan (2014), Beternak Ayam Petelur (2016), Sejarah Sastra dan Literasi Bojonegoro (2018).