Rani Setianingrum
Apakah yang akan terpikirkan di benak Anda jika mendengar kata pawon? Dalam bahasa Jawa, pawon memiliki arti dapur. Dan umumnya pawon dimiliki warga yang tinggal di pedesaan. Namun, kebanyakan rumah zaman sekarang jarang yang memiliki pawon karena rumah sekarang sudah ngetren bergaya minimalis.
Namun, Pawon di sini memang memiliki fungsi yang sama dengan pawon pada rumah zaman dahulu, yakni untuk mengolah ataupun menghasilkan sesuatu. ?Kami memberikan nama komunitas sastra Pawon karena memang saya melihat fungsi pawon itu sendiri,? ungkap Bandung Mawardi, salah satu pendiri Pawon kepada Joglosemar ketika ditemui TBS, Kamis (29/4).
Bandung menambahkan pawon merupakan tempat untuk memproduksi karya. ?Merupakan modal yang penting karena di sana itu setiap orang bebas untuk datang, bercengkrama dan tanpa tata krama yang ketat karena setiap orang dapat datang dan mencicipi apa yang telah dihasilkan.?
Demikian pula dengan komunitas sastra ini, yang juga tidak memiliki struktur dalam kepengurusannya. ?Kami di sini tidak ada struktur apapun yang ada hanya seorang koordinator itu pun hanya melalui SMS, namun demikian kami tetap rutin menghasilkan sebuah produk yang berupa buletin,? lanjut Yudi Heriwibowo, salah satu anggota Pawon.
Buletin
Komunitas sastra Pawon dulunya menerbitkan buletin setiap sebulan sekali, namun kini menjadi dua bulan sekali. ?Dulu ketika sebulan sekali kita jual, namun kini kami bagikan secara cuma-cuma agar masyarakat juga rajin membaca,? kata Yudi.
?Walaupun kami membagikan produk kami secara cuma-cuma tetapi jangan dianggap jika sastra itu murah karena idenya itu mahal dan harus dihargai.?
Pawon bermula dari tiga komunitas yakni komunitas Meja Bolong, Sketsa Kata dan Kabut Institut. ?Yang sekarang di Pawon ini dulunya juga merupakan para anggota komunitas sastra lain, namun kemudian membentuk komunitas baru ini,? ungkap Yudi yang sering diminta untuk menjadi juri di banyak event sastra.
Pawon resmi terbentuk pada Februari 2007, silam digagas Bandung Mawardi, Joko S, Rido Al Qodri dan Wijang Wharek. Tujuan didirikannya komunitas sastra ini yakni ingin merawat spirit sastra. Selain itu, agar sastra itu dapat menjadi sarana komunikasi massa.
?Tujuannya kami ingin memasyarakatkan sastra dan menyastrakan sastra. Ini memang terdengar memaksa tetapi sebenarnya hal ini memang kami anggap perlu,? ungkap Bandung.