http://puisiazzet.wordpress.com/
Inikah Tamansari
lihatlah makna teramat dalam, sayangku
bahkan bekas lumat cinta tergaris sempurna
di bibir sejarah yang sungguh bergairah
kita begitu agung dalam gurat legenda
namun lagi-lagi jangan menangis, sayangku
bila percintaan pongah pada dingin malam
di sepanjang trotoar menyuruk hingga kota
kita memang kadang lupa menjadi manusia
Bumidamai, Yogyakarta.
Selamat Malam Parangkusumo
mengawali sedekap, semoga hampar pasir
bukan keperihan yang kian getar dalam luka
meski dengus nafsu boleh menggebu
di sepanjang garis bertautnya gelombang
selamat malam parangkusumo kututup mata
dan hanya angin saja yang boleh berdesau
membisik-bisik demi kesembuhan sengketa
sebab keterserakan ini, betapa rapuhnya
dulu nenek moyang begitu melawan beringas
di keleluasan laut dan bukit hingga ngarai
maka dalam hening ini semoga rasa panas
menjelma doa-doa yang urungkan badai
Bumidamai, Yogyakarta.
Disebabkan Seteru
disebabkan seteru engkau berdarah-darah
menyiapkan diri dengan senjata dan keberanian
aku menjadi dungu padahal kita bersaudara
tidakkah ada sepakat sebagaimana dulu
membangun jembatan, rumah ibadah, dan makan bersama
sampai kapankah kematian begitu mudahnya
disebabkan seteru bisa kehilangan segalanya
dan itu kita sadar, sebelum saling curiga
kini anak-istri menangis seperih-perihnya
memang persoalan tak semudah kata-kata
tapi siapakah bisa mengingkari damainya cinta
kita saja yang buru-buru menutup mata
Bumidamai, Yogyakarta.
Arus Gelombang Api
mulai kapan api itu menjadi arus gelombang
yang bergedebur pada banyak lorong dada
begitu saja membakar walau sekedar prasangka
arus gelombang api bergulung memenuhi udara
dan lagi, yang tertuduh setan atau sebangsanya
padahal berbeda saja kadang kita panas membara
wahai arus gelombang menjadilah kedalaman jiwa
sedang api seperti kata ibu, sebagai lentera bercahaya
siapa sebenarnya mengingkari ketenteraman surga
Bumidamai, Yogyakarta.