Puisi-Puisi Akhmad Muhaimin Azzet

http://puisiazzet.wordpress.com/
Inikah Tamansari

lihatlah makna teramat dalam, sayangku
bahkan bekas lumat cinta tergaris sempurna
di bibir sejarah yang sungguh bergairah
kita begitu agung dalam gurat legenda

namun lagi-lagi jangan menangis, sayangku
bila percintaan pongah pada dingin malam
di sepanjang trotoar menyuruk hingga kota
kita memang kadang lupa menjadi manusia

Bumidamai, Yogyakarta.

Selamat Malam Parangkusumo

mengawali sedekap, semoga hampar pasir
bukan keperihan yang kian getar dalam luka
meski dengus nafsu boleh menggebu
di sepanjang garis bertautnya gelombang

selamat malam parangkusumo kututup mata
dan hanya angin saja yang boleh berdesau
membisik-bisik demi kesembuhan sengketa
sebab keterserakan ini, betapa rapuhnya

dulu nenek moyang begitu melawan beringas
di keleluasan laut dan bukit hingga ngarai
maka dalam hening ini semoga rasa panas
menjelma doa-doa yang urungkan badai

Bumidamai, Yogyakarta.

Disebabkan Seteru

disebabkan seteru engkau berdarah-darah
menyiapkan diri dengan senjata dan keberanian
aku menjadi dungu padahal kita bersaudara

tidakkah ada sepakat sebagaimana dulu
membangun jembatan, rumah ibadah, dan makan bersama
sampai kapankah kematian begitu mudahnya

disebabkan seteru bisa kehilangan segalanya
dan itu kita sadar, sebelum saling curiga
kini anak-istri menangis seperih-perihnya

memang persoalan tak semudah kata-kata
tapi siapakah bisa mengingkari damainya cinta
kita saja yang buru-buru menutup mata

Bumidamai, Yogyakarta.

Arus Gelombang Api

mulai kapan api itu menjadi arus gelombang
yang bergedebur pada banyak lorong dada
begitu saja membakar walau sekedar prasangka

arus gelombang api bergulung memenuhi udara
dan lagi, yang tertuduh setan atau sebangsanya
padahal berbeda saja kadang kita panas membara

wahai arus gelombang menjadilah kedalaman jiwa
sedang api seperti kata ibu, sebagai lentera bercahaya
siapa sebenarnya mengingkari ketenteraman surga

Bumidamai, Yogyakarta.

Leave a Reply

Bahasa ยป