Herdis Herdiansyah *
http://www.seputar-indonesia.com/
PENCIPTAANdunia merupakan pertanyaan abadi bagi setiap peradaban.Pertanyaannya berkutat pada apakah dunia diciptakan ataukah muncul tiba-tiba dan dengan sendirinya.
Diskursus ini juga menjadi inti dari The Grand Design karya Stephen Hawking yang diprediksi melebihi kesuksesan buku pertama A Brief History of Time. Popularitas Profesor Lucasian dalam bidang matematika dan fisika yang menduduki gelar Sir Isaac Newton?s Chair dari Universitas Cambridge menjadi magnet tersendiri untuk mengeksplorasi pemikiran Hawking. Meski terjangkit sklerosis lateral amiotropik sejak usia 20-an, dari mulai terkena tetraplegia (kelumpuhan pada keempat anggota gerak) dan kemudian terkena pneumonia sehingga mengharuskannya menjalani prosedur trakeostomy sehingga semua yang ingin dia sampaikan diolah dari gelombang otak menjadi suara melalui voice synthesizer.
Tetapi, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat dasawarsa. Hingga kini, saat memasuki masa pensiun, Hawking masih tetap produktif. Buku-buku, teori-teori kontroversial, dan penampilan publiknya menjadikan Hawking seorang selebritis akademik dan teoritikus fisika yang tersohor dan dihormati di dunia. Teori yang diusung Hawking dalam TheGrand Design dianggap kontroversial bagi banyak pihak terutama dari sudut pandang agama. Hawking menisbahkan ketidakadaan intervensi Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Perdebatanpenciptaan semesta memang sejak awal menjadi inti pembahasan wilayah metafisika dan merambah biologi, fisika,serta matematika.
Semenjak Plato menegaskan bahwa ada first mover?sang penggerak pertama? sebagai bukti adanya sang pencipta hinggabio-log Richard Dawkins yang menjadi doktrin atheisme modern yang menjelaskan bahwa sejak Darwinisme maupun Hawkingisme dianggap telah ?menihilkan?keberadaanTuhan. Delapan bab dalam buku ini menggiring pembaca untuk memahami postulat-postulat tentang asalmuasal semesta.Hawking konsisten tidak menggunakan kata penciptaan karena dari awal dia menegaskan bahwa Tuhan tidak ada hubungannya dengan keberadaan semesta.
Postulat Hawking dibuka dengan pertanyaan klise yang dianggapnya terus menggaung tetapi tidak semua dari kita mau dan mampu menyempatkan diri menyelami ketiga pertanyaan why is there something rather than nothing?; why do we exist?; why this particular set of laws and not some other? (halaman 10&171). Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dianggap masuk dalam ranah filsafat. Namun, Hawking jusru menganggap bahwa filsafat telah mati karena filsafat tidak mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan. Hawking mengambil posisi agnostik dalam masalah agama.Akan tetapi banyak orang percaya bahwa ia adalah seorang atheis dalam wacana religius.
Hawking percaya bahwa semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Dalam kajian metafisika,hukum tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan tetapi Tuhan tidak melakukan intervensi atas apa yang terjadi di alam semesta. Seperti pembuat jam yang kemudian jam tersebut jalan dengan sistem yang ada, Deus ex machina. Hawking juga membahas tentang realitas. Ia mengambil contoh larangan bagi pemilik ikan emas di daerah Monza Italia untuk menempatkan ikan emas mereka ke dalam wadah dengan banyak lekukan karena si ikan akan mengalami distorsi dalam melihat realitas. Realitas yang seperti apakah yang sebenar realitas?
Apakah karena kebiasaan bahwa kita menganggap hal tersebut realitas atau memang merupakan realitas.Hal yang mutlak menilik dari berbagai sudut pandang terutama dari kerangka logika dan keilmuan untuk mampu menentukan suatu realitas. Hawking juga secara runtut dan menyimpulkan tiga hukum gerak serta gravitasi Newton,kekuatan medan magnet dan listrik,serta imbal balik antara keduanya. Diawali oleh fisikawan Belanda, Hans Christian Orsted,dan disempurnakan oleh Michael Faraday pada 1831 sampai kepada persamaan matematis yang mampu dijelaskan oleh James Clark Maxwell. Pembahasan ini menjadi kerangka konsep dasar pengetahuan dan aplikasi kita di masa kini yang direalisasikan dari mulai perlengkapan rumah tangga hingga komputer canggih sebagai kendali nuklir ataupun sistem navigasi satelit.
Terkait semesta, Hawking menjelaskan, manusia hidup di bumi dikarenakan bumilah yang mengandung unsur-unsur hidup bagi manusia seperti karbon dan oksigen. Hal ini memungkinkan banyak tempat lain disemesta di luar bumi terdapat kehidupan lain. Karena itu, Hawking menganggap bagaimana unsure terkecil dari semua komponen semesta tercipta dari materi dan anti materi,dentuman besar dari kehampaan dapat menciptakan bumi, sehingga baginya semesta pun dimulai dari kehampaan, Tahun 1970 seorang ahli matematika dari Cambridge, John Conway menemukan simulasi yang mampu membantu kita membayangkan mengenai realitas dan penciptaan, simulasi ini diberi nama Game of Life.
Dari simulasi tersebut dapat dilihat bagaimana segala sesuatu mulai dari kuark sampai semesta dapat tercipta dari ketiadaan, pun menunjukkan jika set sederhana dari hukum alam dapat menciptakan bentukan kompleks mirip dengan kehidupan intelijen. Lalu bagaimana jika banyak hukum alam yang memberikan intervensi di dalamnya, pastilah kehidupan dan bentukan yang lebih kompleks akan tercipta. Sebagai konklusi, Hawking membutuhkan teori yang mampu melakukan sebuah ?supersimetri? antara kekuatan alam dan unsur di mana kekuatan / hukum alam tersebut melakukan intervensi. M-theory adalah teori gravitasi supersimetri yang mampu menjelaskan terbentuknya semesta.
Apabila teori ini dapat diobservasi,maka Mtheory bagi Hawking merupakan jawaban atas semua pertanyaan dunia lebih dari 3000 tahun. Inilah grand design yang dicari manusia. Buku Hawking, hemat saya, tidak dapatdibacadalampemahamandan emosi religius pribadi karena tentu dengan sendirinya muncul penolakan. Tetapi, kelebihan buku ini adalah daya logika yang runtut, jelas, dan mudah dipahami oleh kalangan awam sekalipun tidak seperti buku sejenis yang lain.Perlu kedewasaan ekstra dan pemahaman jika kita membaca buku ini.
Karena dalam buku ini saya menangkap pesan,kita dituntut senantiasa memaksimalkan pengetahuan yang dimiliki meski menafikan dalil non-akal yang kemudian menjadi salah satu kelemahan dari buku ini.
*) Master Filsafat Universitas Indonesia.