Uniawati
http://www.kendarinews.com/
Belakangan ini, begitu banyak tontonan dan berita yang disuguhkan kepada masyarakat seputar pemberitaan mengenai video porno selebriti. Hampir di semua siaran televisi memberitakan tentang kasus itu. Berita itu disiarkan tidak hanya pada acara-acara tertentu saja, misalnya pada acara infotainmen, tetapi juga pada acara pemberitaan yang lain. Dianggap begitu besarkah pemberitaan itu sehingga kemudian merajai hampir di setiap acara pada setiap siaran televisi? Atau jangan-jangan hanya karena yang diberitakan itu kebetulan adalah seorang selebriti sehingga dianggap akan memiliki nilai jual dan daya tarik tinggi sehingga masyarakat akan tertarik untuk menontonnya.
Beredarnya video porno itu di tengah masyarakat secara bebas memang patut untuk disayangkan karena banyak pihak-pihak yang tidak layak menontonnya ikut pula menyaksikan tayangan video tersebut. Hal ini tentu saja akan memengaruhi perkembangan moral bangsa. Dengan alasan itu, kasus ini kemudian berkembang semakin lebar dan menjadi topik pembicaraan di mana-mana. Salah satunya adalah membicarakan pihak-pihak yang dianggap paling bersalah dalam hal ini. Sebagai manusia, entah itu pelaku pembuat video atau yang mengedarkan video tentu saja tidak pernah luput dari segala kesalahan dan kekeliruan.
Tulisan ini tidak akan membahas lebih lanjut mengenai kasus video porno itu. Apa yang saya paparkan di atas hanya sekadar ilustrasi tentang minimnya moralitas bangsa sehingga perbuatan yang ?rendah? seperti itu dijadikan tontonan yang menarik di hampir semua lapisan masyarakat. Fenomena seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan karena masyarakat seolah-olah sulit untuk memberikan garis batas antara kesalahan dan kebenaran yang dilakukan sehingga timbul fenomena tersebut. Sebagai manusia, memang selayaknya untuk selalu berhati-hati dalam setiap tindakan yang akan dilakoninya agar tidak menimbulkan suatu dampak yang bisa mencemarkan nama baik, bukan hanya dirinya sendiri, melainkan seluruh masyarakat yang menyangkut dengan dirinya. Kesalahan dan kekeliruan merupakan dua hal yang memang tidak bisa dihindari oleh manusia sebagai mahluk biasa. Namun, sedapat mungkin dapat menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam dirinya. Untuk itulah kiranya manusia senantiasa perlu selalu mencari akan adanya suatu kebenaran. Seorang filsuf berpendapat bahwa yang menyebabkan kekeliruan manusia adalah manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia perlu bertindak dengan menggunakan pikiran, kehendak, dan sekaligus perasaannya agar tidak menimbulkan kekeliruan.
Kaitannya dengan kasus dan permasalahan di atas, sastra adalah salah satu media alternatif untuk memberikan perenungan dan pembelajaran moral kepada masyarakat. Melalui sastra, banyak kearifan yang dapat dipetik di dalamnya dan dijadikan pedoman dalam berbuat atau pun berinteraksi dengan orang lain. Sastra sebagai salah satu karya seni adalah karya yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan batiniah atau kepuasan batiniah dengan unsur keindahan yang ada di dalamnya. Di samping itu, sebuah karya sastra sebagaimana karya seni lain, juga harus dapat memberikan suatu ?arti? bagi kehidupan rohaniah para pembaca atau penikmatnya. Misalnya pengetahuan, pengalaman, pandangan, atau juga pengertian, yang secara keseluruhan dapat memperkaya pengalaman batin seseorang sehingga dia dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan dalam menghadapi persoalan di dalam kehidupan dengan lebih bijaksana.
Membaca sastra tidak hanya dapat menambah wawasan kesastraan semata, tetapi juga dapat memberikan banyak pengalaman batin yang berguna bagi perkembangan dan pembentukan moral bangsa. Sastra di satu sisi dapat menjadi media pembelajaran moral yang baik untuk anak-anak karena sastra selalu mengandung kebenaran tentang sesuatu yang ada di masyarakat. Kebenaran dapat diperoleh melalui sebuah karya sastra karena tercipta melalui suatu proses perenungan yang dalam.
Sesungguhnya kebenaran itu selalu dan selalu dicari. Bahkan ketika kebenaran itu tidak dapat ditemukan di muka bumi, orang-orang rela mencarinya sampai ke luar angkasa dengan menggunakan peralatan teknologi yang canggih. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya seorang manusia yang berilmu untuk terus mencari kebenaran itu, sebab kebenaran yang sifatnya kodrati tidak ada yang hakiki kecuali kebenaran atas kodrati. Untuk menjadi orang yang bijaksana, kita tidak harus bisa mengetahui semuannya. Kita cukup menjadi orang yang senantiasa berpegang teguh pada kebenaran. Olehnya itu, sebagai manusia, kita tidak hanya cukup berpangku tangan menerima adanya suatu kebenaran, tetapi kita harus menjadi mahluk pencari kebenaran. Dengan demikian, mengenal sastra akan membantu untuk menemukan suatu kebenaran dan memberikan perenungan tentang hidup yang mengarahkan pada prilaku baik.
*) Penulis adalah staf teknis Kantor Bahasa Prov. Sultra