suarakarya-online.com
Di Kedalaman Dada, Jogja
di kedalaman dada, jogja
gempa mengguncangguncang sesiapa
yang pernah melintasi
malioboro-kraton-candicandi
di kedalaman dada, jogja
candu terasa pahit!
di ketinggian dada, jogja
merapi sakit flu berat
terbatukbatuk oleh asap
rokok mbah maridjan
dan cerutu sri sultan
jantung jogja penuh nikotin
memompakan asap wedhus gembel
yang membuat mripat perih
di dinding dada, jogja
kepingkeping luka tak terkalimatkan
puingpuing duka tak terbahasakan
empedu itu, aduh, betapa pahit
Jambi, Juli 2006
Jogja, Kota Kataku
jogja, kota kataku
tiap saat kubacabaca
tempat jiwa mengembara
pusara makna dan alamat doa semesta
jogja, kota kataku
tiap saat kurabaraba
tempat tragedi dan misteri
pusat magma cinta sejati
jogja, kota kataku kukatakan:
kita tak cukup melantunkan doa
kita tak cukup meraba jiwajiwa derita
kita tak cukup membangun tegursapa
kita harus meledakkan magma cinta
Jambi, Juli 2006
Metamorfosis
telur yang kulekatkan pada dauntelah menjelma ulat
aku-ulat itu bergerak di celah ruang waktu
merangkaki dinding gelap mengejar cahaya
mentari, awan, angin mengasuhku dalam hening
aku adalah kepompong bergerak di lorong-lorong
memaknai gelap yang melindap
lewat relung sunyi kubaca
kembali jatidiri
puisipuisi
arah matahari
seperti membaca nyeri negeri ini
aku pun keluar gua peraadaban
terbang mengembangkan sayapsayap kecemasan
mendaur ulang sejarah
menata langkah
menuju entah!
Jambi, Akhir Desember 2005
Pada Suatu Hari
pada suatu hari aku tak sempat membaca Air
kesibukan jam menyeret langkah menyusuri lembah
dari jauh kubaca Air mengalir menuju hilir
menghanyutkan peristiwa:
tragedi manusia!
pada suatu hari aku tak sempat mereguk Air
padahal gericikNya selalu saja mengundang dahaga
sejauh burung terbang, Air juga yang dirindukan:
perasan keringat dan kesadaran!
pada suatu hari merpati membawa kabar:
ada yang tergadai oleh geriap waktu
dan tahu di manamana Air
banjir airmata!
Jambi, Akhir Desember 2005
Memandang Riak Kolam Jiwa
memandang riak kolam jiwa
aku lihat lipatanlipatan air jernih
ikan ikan berenang tenang
melahap setumpuk hasrat
ada juga nyanyian ganggang dan lumut
berusia lanjutmerajut maut
yang siap menjemput
aroma maut itu terus beriak
dan membiak
sepanjang jejak!
Jambi, 2006
DIMAS ARIKA MIHARDJA lahir di Jogjakarta 3 Juli 1959. Tahun 1985 hijrah ke Jambi menjadi dosen di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraih 2002 dengan disertasi “Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia” (telah dibukukan 2003).
Sajak-sajaknya tersebar dalam antologi tunggal seperti Upacara Gerimis (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994) dan Ketika Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak (Telanai Printing Graft, 2003). Antologi puisi bersama antara lain Pusaran Waktu (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Negeri Bayang-bayang (Festival Seni Surabaya, 1996), Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ-TIM Jakarta, 1996), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung, 1997), Angkatan 2000 dalam Kesusastraan Indonesia (Gramedia, 2000), Kolaborasi Nusantara (KPKPK-Gama Media, 2006), Antologi Nusantara (Gama Media, 2006).
Novelnya “Catatan Harian Maya” dimuat secara bersambung di Harian Jambi Independent. Cerpen, esai, dan kritik sastra yang ia tulis tersebar di berbagai media massa. Kini berdomisili di Jln. Kapt. Pattimura RT 34/02 No. 42, Kenali Besar, Kotabaru, Jambi.