Kata-Kata Kita
bila kata-kita
melesat lambat
dalam miliaran
tahun cahaya
menuju-Nya
luka siapa
bertimbun didada
tawa siapa
mewarnai cakrawala
tidakkah
sulaman benang
kehidupan
dari masa-masa
kita melupakannya
menjelma dalam
bunga-bunga
malam
tangan siapa
terulur menggenggam
tangan tengadah
dalam langkah
menggapai
segala tawa
segala luka
Sidomoro, 22 April 2010
Malaikat Fajar
engkaukah angkuh
malaikat subuh
melanjutkan laku
perjalanan keharibaan
dalam kepulasan
lain insan
atas nama
pertolongan
atau dendam
tetap mengobarkan
kekacauan
pikiran
Sidomoro, 22 April 2010
Shakti
mata-mata melipat malam
nyanyi burung mengeja tanda
bibir-bibir berlagu nyinyir
Kebomas, 21 April 2010
Selepas Mengantar Ayah
(1)
aku lalui juga
kelak-kelok rute perbukitan
turun ke rerimbun
rumpun bambu dan
pohon-pohon randu
genang kenang Sungai Kening
tenang seolah madu
mengalir ke taman
istirahmu
doa atau
dosa yang kutabur
bersama bunga
atas masa-masa yang
telah sirna
(2)
sepertiku
kau lewati juga
kelak-kelok rute kehidupan
jatuh ke rerimbun rumpun
kepedihan
genang sungai kenang
tetes seolah deras hujan
mengalir dari mata-mata
hatimu
aku melihat musim masih
seperti sediakala
dan matahari pun terbit
dari arahnya
“kini aku reranting kering cuklek
tergolek terpejam
terbanting di ranjang,” sedu hatimu
‘memang tak mudah, bukan?
melupakan yang pernah dominan,” hiburku
seolah tak ada kehilangan
pun tak ada kegetiran
aku ingat suatu saat
“aku harus kuat,” katamu tegar
seperti tlah mengakar
di kekar tekatmu
ada suara-suara
mungkin serupa puja-puji
di dalam sini
yang seharusnya
tak musti
lalu,
“sampai jumpa,” kau berkata
mengakhiri cerita
“sampai ketemu,” sahutku
seperti enggan
menyudahi sebuah waktu
mungkin sebuah harap
seperti sejenis
rindu
(3)
di antara riuh bunyi-bunyi
dalam sunyinya hati-hati
menyebut-nyebut Ya Rabbi
terselip juga sebuah nama
namamu juga
mencari-Mu
ataukah mencarimu
ketika rasa smakin
merajalela seolah takut
tak kan jumpa
(4)
siapa terisak sesak
tumpahkan rindu, juga segala pilu
pada gerimis minggu
oh sang waktu
engkau sisipkan juga
diantara helai-helai rinduku
kunci-kunci pintu
menuju citra maya-Mu
tidakkah rindu ini rindu-Mu
(5)
“engkau dimana?,” teriak bathinku
seperti memanggil-manggilmu
“aku disini, berdiri diantara ribuan hati,” pesanmu
“apa menanti?,” pikirku
akhirnya,
aku medekat menghampirimu
menjabat erat memandangimu
dalam kabut hatiku
“happy to see you, Sis,” kataku setelah itu
“happy to see you too,” katamu
seperti sebuah sipu
tak mau menatapku
mungkin engkau mengeja
statistika tentang kita
“apakah ini jatuh cinta?” tanya benakku
“bukan, ini bukan jatuh cinta, ini jatuh gila,” sanggah hatiku
menggilaimu-Mu
Januari 2010