http://www.infoanda.com/Republika
DI PINTU GERBANG
lari dari kemah pencuri aku kembali padamu, qibla
taman kuning kenanga rumah akhir seorang buta inang luka sekeping sukma:
burung hitam yang terendam dalam tubuhku:
tulang rapuh yang berdiri di depan gerbangmu terimalah aku, qibla
pencuri, yang kehilangan masa lalunya kelampauan dan kesunyiannya
jadikan aku rumput jalanmu, tiang lampu liang semut atau apa pun itu
agar lenyap mengasap sampah raga paling abu, najis sukma paling biru
siapakah kamu, pengetuk gerbangku?
dua puluh enam tahun kutinggalkan kuning kenanga wajahmu
berbekal kutuk dan segulung malu aku berkuda ke semesta di delapan penjuru
mencari bapakmu pencuri masa lalu di kemah penyamun itu
layak, kau lupa padaku
sepasang tangan, penanam rumpun bunga di sudut tubuhmu
air mata, penyiram ruang terkelam di masa kecilmu
tak apa, kau lupa padaku tapi, jangan pernah kau tolak aku
tanpa rahimku, dulu takkan kuning kenanga, kini dirimu ibu?
Maret, 2007
PETANI
di gagang cangkul sang tangan sering singgah
di pundak istri sang kepala kerap rebah
namun, hanya pada tanah yang menerima keringat dan ludah tanpa amarah
sang jiwa ingin berumah
2006
PENGAKUAN
kekasih sebagaimana tabiat rasa kata begitu sia-sia saat rindu tiba
dalam pikiranku kamu, matahari beragam warna
dalam ingatanku kamu, cuaca penuh irama
dalam hatiku kamu, tak ada
hatiku si belanga
hanya mampu memantulkan wajah pemiliknya.
======
Inggit Putria Marga,
lahir di Tanjungkarang, Lampung, 25 Agustus 1981.