Kursi Bos

Denny Mizhar

Jangan melawan kekuasaan, nanti akan tumbang. Berbaik-baiklah padanya. Kau akan selamat dalam bekerja. Terpenting bagi hidup adalah isi perut. Bukan idealisme. Sebab idealisme di tempat ini selalu masuk tong sampah. Menjadi tidak berguna. Karena rasa lapar masih ada. Jika kau masih takut lapar, ketika kesewenang-wenangan penguasa berbicara, cukup anggukkan kepala. Itu tandanya seiyasekata. Kau akan sejahtera. Penguasa di sini tidak akan mendengar apa yang menjadi harapan kita. Karena penguasa masih ingin perkasa. Continue reading “Kursi Bos”

Rumah

Asarpin

Rumahku dari unggun timbun sajak
Disini aku berbini dan beranak
–Chairil Anwar, Rumahku

Apa sebetulnya rumah itu sehingga Chairil menyebut sajaknya sebagai rumahnya. Kita tak mungkin bertanya kepadanya karena ia telah lama tiada, bahkan ketika ia masih ada pun bisa jadi kita takkan mendapatkan jawaban yang memuaskan. Tapi tentu saja ada alasan mendasar mengapa rumah dipakai sebagai metafor dalam sajak yang amat terkenal dan sudah sering dikutip itu. Continue reading “Rumah”

PANCANA, KAMPUNG PENULIS SASTRA TERPANJANG DI DUNIA

Jamrin Abubakar
http://www.kompasiana.com/jamrin_abubakar

MULANYA tidak begitu dikenal dan dianggap biasa saja, namun ketika Seminar Internasional I La Galigo digelar tahun 2002 yang dihadiri sejumlah seniman, budayawan dan peneliti dari berbagai Negara, praktis Desa Pancana begitu terkenal. Terbilang mengejutkan, sebelumnya tak banyak yang tahu kalau desa itu punya latar belakang sejarah dan budaya yang amat menarik. Bahkan merupakan salah satu pusat sastra dunia yang ditulis pujangga asli Bugis. Continue reading “PANCANA, KAMPUNG PENULIS SASTRA TERPANJANG DI DUNIA”

Benar, Proklamasi 1945 Hanyalah Sandiwara?*

M.D. Atmaja

Konon, hidup seperti sebuah permainan dimana manusia dituntut bergerak di dalamnya. Permainan yang membawa kita untuk masuk ke dalam berbagai keadaan, kadang menguntungkan dan juga terkadang sangat memojokkan sampai membuat kita menangis tersedu, atau marah dalam kekecewaan hebat. Namun, saya hanya bisa menghela napas ketika menghadapi kenyataan lain, kenyataan kolektif yang sungguh menyakitkan. Sudah enam puluh lima tahun, kita berbangga dengan perjuangan kemerdekaan sampai pada puncak revolusi terindah itu, Soekarno-Hatta mewakili rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan bangsa. Continue reading “Benar, Proklamasi 1945 Hanyalah Sandiwara?*”

Buku Kontribusi Sastrawan Bali pada Perubahan Sosial

Rofiqi Hasan
http://www.tempointeraktif.com/

Sebuah buku yang mendokumentasikan dan mengkaji sumbangan para sastrawan Bali pada perubahan sosial dan pencarian identitas budaya diluncurkan di Denpasar. Buku berjudul A Literary Mirror: Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century diangkat dari disertasi dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana, Bali, Nyoman Darma Putra. Continue reading “Buku Kontribusi Sastrawan Bali pada Perubahan Sosial”