http://www.balipost.co.id/
DENPASAR FESTIVAL
Tak ada yang asing di lidah
Rasa itu sudah mewarnai tulang
Menjadi aroma peluh dan nafas
Meracik bumbu meramu kata
Menjadi bahasa
Tak ada yang asing
makan tanpa bangku tanpa penyekat
Mendulang nikmat dengan keringat liat
Tak ada yang asing jika makan di jalanan
Dulu dengan baju komprang
Diberi aroma revolusi
Membuat kita kehilangan selera makan
Sebab terbayang gairah dan darah
Terbayang luka dan wajah memar
Kehilangan wangi harum dupa
Tak ada yang asing
Dalam sebuah perayaan beserta
Umbul-umbul huruf-huruf kapital
Menonton wajah kota penuh cahaya
Kembang-kembang api meluncur dari mulut
Namun ada catatan tentang
Koral dibalut bara
Alun-alun pernah dijaga
orang-orang bersenjata
Mobil lapis baja dan
Ada orang hilang di galau malam
Aku menikmati daging panggang
jajan ketan di sepanjang udara sore
Dengan separuh gaji perbulan
Apakah dapat membayar selembar
Kain tenunikat buat istri
yang berulang tahun
MEMBACA KITAB BERWUJUD POHON
Ketika kubaca Denpasar
Seekor burung urban menyalamiku
Ini malam puncak perayaan
Bulan bulat di puncak pohon asam
Langit cerah sesudah triwikrama kemarin
Inilah musim yang gila
Kata peramal jaman dan juga
Para pawang yang
Menggusur keangkuhan hujan
Membaca nama-nama jalan
Tak ada dalam peta jalan menuju rumah
Bagi burung yang sayapnya terluka
Kehilangan cahaya pada matanya
Yang mencoba bangkit
dengan jubah warna pagi
Kubaca sejumlah pertanyaan
Yang tersusun dari waktu ke waktu
Siapa yang mengajari menari
Ini saatnya belajar menari
dari hujan di luar musim
Siapa mengajari bergerak seperti eskalator
Ini saat belajar menari pada angin
Ini saatnya belajar membaca
Kitab berwujud pohon
Yang ditumbuhkan oleh sejarah
Tarian gerimis di atas rumputan
Mengajarkan menari
di atas jembatan kayujati
Aku pun kemudian membaca
Tentang sang penari api
Menari di atas bara api dadanya
Telanjang