Bernada Rurit
http://www.tempo.co/
Program Studi Ilmu Filsafat dan Program Studi Sastra Nusantara di Universitas Gadjah Mada sepi peminat. “Sastra Nusantara dan Filsafat dari tahun ke tahun memang masih kurang diminati, dan termasuk tahun ini,” kata Kepala Humas dan Protokol Universitas Gadjah Mada Suryo Baskoro di kantornya, Selasa, (8/3).
Dari data yang diperoleh Tempo, calon mahasiwa yang mendaftar kedua program studi ini masih kurang dari 100 orang hingga siang kemarin. Padahal Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan tahun ini akan ditutup pada Sabtu(12/3) mendatang.
Suryo mengatakan kedua program studi ini sebenarnya sudah lama berdiri. Namun, dari tahun ke tahun belum ada perubahan yang signifikan mahasiswa yang masuk program studi ini. Sebagai contoh, data tahun angkatan 2009/2010, Program studi Ilmu Filsafat hanya diminati oleh 271 mahasiswa. Padahal daya tampungnya sebanyak 83 orang. “Perbandingan daya tampung dan jumlah pendaftar hanya 1:3,” katanya. Tahun berikutnya, peminat program studi ini menurun menjadi 135 dengan daya tampung 82. Artinya, peminat grogram studi ini hanya 1:1,7 dibanding daya tampungnya.
Nasib program studi Sastra Nusantara yang dulu bernama Sastra Jawa dan Sastra Daerah tak kalah baiknya. Dari data UGM, peminat sastra nusantara pada tahun ajaran 2009/2010 hanya 158 mahasiswa sementara daya tampungnya 60. Ini berarti peluang mahasiswa masuk UGM 1:3. Di tahun berikutnya, ada jumlah kenaikan peluang masuk UGM menjadi 1:4. Tahun 2010 itu, sebanyak 277 mendaftar, daya tampungnya 60.
Jurusan lain di UGM yang kurang peminat adalah Sastra Arab, Ilmu Hama dan Tanaman, Ilmu dan Industri Peternakan.
Menurut Suryo, sedikitnya jumlah pendaftar di dua program studi itu diduga lantaran mahasiswa masih menganggap jurusan itu tidak memiliki prospek masa depan yang baik. Memang, kata Suryo, jurusan yang selama ini menjadi favorit bagi mahasiswa adalah jurusan yang dipandang masyarakat memiliki prospek masa depan yang baik. Contohnya Fakultas Kedokteran. “Dari daya tampungnya untuk jalur undangan 49 kursi, yang mendaftar sudah 4500,” kata Suryo. Ini berarti satu orang bersaing mengalahkan sekitar 45 orang untuk masuk menjadi mahasiswa Kedokteran.
Suryo juga menduga, biaya penddikan Fakultas Kedokteran UGM relatif lebih murah dibanding universitas lain, seperti Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro yang biayanya mencapai Rp 300 juta-500 juta. Sementara Fakultas Kedokteran UGM hanya Rp 100 juta.
Selain Faklutas Kedokteran, lanjut Suryo, Jurusan Teknik Arsitektur, Teknik Sipil, Mesin Industri, Teknologi Informasi Ilmu Komputer dan Farmasi menjadi pilihan favorit mahasiswa untuk bidang eksakta. Adapun non eksakta meliputi Faklutas Psikologi, Hukum, Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi dan Manajemen Akuntansi.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rochmat Wahab menyatakan dari 58 program studi yang ditawarkan kepada masyarakat, semua program studi sudah terisi. “Tidak ada yang zero, alhamdulilah,” katanya.
08 Maret 2011