Revolusi Bukan Harga Mati

Joko Wahyono*
http://www.sinarharapan.co.id/

Bagi sebagian orang “penggila” ajaran Marxis terkadang terlalu mudah mengeneralisasi bahwa revolusi adalah harga mati. Marxisme dianggap identik dengan perebutan kekuasaan lewat revolusi radikal, berdarah, seperti yang dilakukan Lenin dengan Partai Bolshevik-nya dalam Revolusi Oktober di Rusia.

Padahal jika ditelusuri referensi-referensi pemikiran Marx yang terbentang luas dalam banyak literatur, tidak ditemukan secara eksplisit dan tegas mengenai hal itu.

Lantas, bagaimana ajaran-ajaran Marx yang sesungguhnya? Lebih jauh lagi, apakah gagasan-gagasan Marx tentang negara dalam hubungannya dengan revolusi sosial relevan diimplementasikan pada lapangan yang lebih luas daripada sejarah Prancis (1848–1851)?

Karya apik berjudul Negara Marxis dan Revolusi Proletariat hadir sebagai refleksi kritis mengenai permasalahan itu. Adalah Nur Sayyid Santoso Kristeva (penulis buku) yang membongkar secara kritis-filosofis pemikiran Marx tentang negara dan revolusi sosial serta bagaimana tugas-tugas proletariat dalam agenda revolusi sosial itu.

Gagasan Karl Marx tentang negara sesungguhnya menjadi kata kunci untuk memahami pemikiran besar Marx secara utuh. Namun sayangnya, Das Kapital sebagai magnum ogpus Marx tidak secara gamblang memaparkan dasar-dasar teoretis negara.

Namun, secara fundamental sesungguhnya Marx telah memberikan kritik mendasar dan radikal mengenai permasalahan ekonomi-politik dan konsep sejarah perkembangan masyarakat yang tidak bisa lepas dari gagasan tentang negara itu sendiri.

Berangkat dari ikhtisar tanggapan-tanggapan Marx dan pengalaman sejarah revolusi 1848–1851 sebagai landasannya, penulis mengajak pembaca untuk menyelami gagasan dasar pemikiran Marx yang konsisten terhadap filsafat materialisme dialektika.

Latar historis pemikiran Marx, filsafat dasar materialisme, peta pemikiran materialisme dialektika, materialisme historis, kritik ekonomi politik, hingga perjuangan kelas dan doktrin sosialisme-komunis dibedah secara analitis sistematis.

Di sini, ajaran-ajaran Marx sesungguhnya adalah pengikhtisaran pengalaman yang disinari suatu pandangan filsafat yang matang tentang dunia dan pengetahuan yang kaya mengenai negara.

Ajaran-ajaran Marx mengenai negara dipaparkan secara konkret oleh penulis; bagaimana terjadinya negara borjuis, juga mesin negara yang diperlukan untuk kekuasaan borjuis perspektif historis.

Perubahan-perubahan apakah yang dialami olehnya, evolusi apakah yang dijalankannya dalam revolusi-revolusi borjuis dan dihadapkan aksi-aksi independen dari kelas-kelas tertindas?

Apa sajakah tugas-tugas proletariat dalam hubungannya dengan mesin negara ini? Kesemuanya telah dirumuskan secara eksplisit dan sistematis oleh penulis dalam karyanya ini. Itu dilakukan dengan tetap berpijak pada sejarah pemikiran Marx sebagai konsekuensi logis dari Hegelianisme, bahkan filsafat pada umumnya.

Penguasaan Ekonomi

Lebih dari itu, dengan menguraikan terlebih dahulu tentang konsepsi ideologi Marx, konsepsi negara Hegel, Marxis dan Engel, penulis menawarkan pemahaman baru terhadap dimensi pemikiran filsafat sosial dan politik Karl Marx tentang negara dan tugas proletariat dalam revolusi sosial.

Negara dalam paham Marxis adalah manifestasi dari sistem penguasaan ekonomi (mode of production), negara merupakan dominasi kelas berkuasa. Untuk menciptakan tatanan sosialisme dibutuhkan peranan revolusioner proletariat dalam sejarah. Puncak perjuangan dari kelas ini adalah diktator proletariat untuk mempertahankan masyarakat sosialis.

Perjuangan kelas proletariat dalam menjalankan tugas revolusioner berperan penting membentuk konsepsi dan menjadi jalan penghubung pada teori negara Marxis. Terbentuknya negara dideterminasi secara dialektis melalui proses sejarah pertentanan kelas dalam masyarakat.

Menurut penulis, revolusi bukan sebuah episode tertutup dari kekerasan atau konflik, tetapi sebagai sebuah gerakan kelas yang muncul dari hasil kontradiksi struktural masyarakat yang secara historis berkembang dan dilanda konflik internal.

Revolusi hanyalah sebagai salah satu cara “ bukan harga mati“ memperjuangkan sosialisme dengan mempertimbangkan situasi sosial, politik, dan ekonomi negara serta tingginya tingkat oposisi kekuatan-kekuatan kapitalis yang menentang bangkitnya kekuasaan proletariat.

Menurut penulis, pemikiran Marx hanya dijadikan pisau analisis (tool of analysis) untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi politik. Hal itu merupakan refleksi teoretis dalam menentukan desain besar gerakan sosial baru (new social movement) yang relevan bagi konstelasi ekonomi politik di Indonesia. Marxisme bukanlah sebuah dogma, melainkan sebuah petunjuk untuk aksi.

Karya ini sangat strategis memberikan spirit perjuangan bagi kaum terpelajar untuk melawan watak eksploitatif kapitalisme.

Buku ini juga mendorong kaum terpelajar untuk berpihak pada kaum proletar, menumbuhkan semangat emansipatoris dan nilai-nilai egalitarian ketika sejarah hari ini mencatat bahwa negara semakin vulgar menunjukkan diri sebagai alat kepentingan penguasa dan pemodal.

*Penulis adalah peneliti; tinggal di Yogyakarta.

Judul Buku: Negara Marxis dan Revolusi Proletariat
Penulis: Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A.
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : I, 2011
Tebal : 1.005 Halaman

Bahasa »