Teater Dan Drama William Shakespeare

Elsya Crownia*
http://padang-today.com/

Dunia ibarat panggung sandiwara yang diwarnai dengan berbagai peran. Kehidupan begitu dramatis pun ikut diterjemahkan dalam dunia teater. Teater hanya sebagai alat penyampai untuk menuangkan kata-kata, jeritan, dan tangis manusia yang meringis. Dalam teater, kita dapat menemukan berbagai macam kritikan-kritikan pedas dan menuangkan seluruh realita kehidupan manusia.

Biasanya akan tergambar berbagai macam tragedi yang dijabarkan dengan simbolis dan penuh makna. Notabene, komunitas sastra yang bergelut di pentas seni hanyalah orang-orang yang berusaha menggali potensi dan memaknai kehidupan dengan indah. Bahkan, banyak ditemukan. Dalam teater Shakepeare, lebih berkesan sebagai teater modern. Shakespeare juga mengubah seni teater British yang sangat dikagumi Barat. Dalam teaternya terdapat harapan yang luas melalui watak, tokoh, jalan cerita, gerak-gerik, bahasa, dan genre.

Gaya teater tengah berubah sewaktu Shakespeare tiba di London pada hujung 1580-an atau awal 1590-an. Sebelum itu, bentuk teater British yang paling umum adalah drama kesusilaan Tudor.Pada waktu yang sama, universiti-universiti mempersembahkan drama akademik berasas drama Rom dalam bahasa Latin.Drama-drama ini menggunakan gaya puisi yang lebih tepat berbanding drama kesusilaan, tetapi bentuknya adalah lebih kaku dan lebih menumpu kepada pertuturan yang berpanjangan berbanding gerak-geri fizikal.

Sesampai hujung 1500-an, kepopularan drama kesusilaan dan akademik telah merosot apabila Zaman Pembaharuan British berkembang dan penulis drama seperti Thomas Kyd dan Christopher Marlowe bermula merevolusikan teater. Drama mereka menggabungkan drama kesusilaan dengan teater akademik untuk menghasilkah sebuah bentuk sekular yang moden.

Bentuk drama yang baru ini memperoleh ciri-ciri ketersergaman yang indah dan falsafah yang mendalam daripada drama akademik serta populisme yang lucah serta lucu daripada drama kesusilaan. Bagaimanapun, maksud jenis drama ini adalah lebih kabur dan kompleks, dan bentuk ini kurang mempedulikan alegori kesusilaan. Diilhami oleh gaya yang baru ini, Shakespeare membawa pengubahan-pengubahan teater ke tahap yang baru, dan menciptakan drama yang bukan sahaja menggemakan penonton pada tahap emosi tetapi juga menjelajah dan memperdebatkan unsur-unsur yang asas mengenai maksud kemanusiaan.

Drama Shakespeare biasanya mengungkapkan cerita sejarah. Disamping itu, drama shakespeare dihadirkan dalam bentuk stilistik kasar antara lain; drama yang cendrung riang dalam A Midsummer Night’s Dream, dan Henry VI. Drama yang menampilkan cerita tentang pengkhianatan, pembunuhan, hawa nafsu, dan keakuan seperti Othelo, Macbeth, King Lear, dan Hamlet. Selain itu, terdapat plot menggembirakan dengan menggunakan kuasa ajaib seperti The Winter’s Tale, dan The Tempest.

Beberapa drama Shakespeare telah dicetakkan dalam siri kuarto, kebanyakannya tidak diterbitkan sehingga 1623 sewaktu Folio Pertama diterbitkan oleh dua pelakon, John Hemings dan William Condell. Oleh sebab Shakespeare tidak menghasilkan drama versi bercetak, masalah teks tertimbul dan termunculnya pelbagai versi bagi kebanyakan dramanya. Tambahan pula, ketiadaan ejaan piawai pada zaman itu menyebabkan penggunaan pelbagai ejaan oleh Shakespeare sendiri untuk perkataan yang sama telah menerukkan lagi kekeliruan tugas pentranskripsian. Cendikiawan modern mempercayai bahawa Shakespeare menyemak drama-dramanya dari semasa ke semasa, dan kekadang sendiri menghasilkan dua versi untuk dramanya.

Dalam karyanya terdapat jejak sastra hingga saat ini masih membekas. Seolah-olah karya Shakespeare tidak akan pernah mati misalnya film Romeo and Juliet yang diolah dalam bentuk setting modern namun tak hilang keaslian ceritanya.

Dunia mengakui bahwa Shakespeare dianggap sebagai sastrawan handal yang mengolah bahasa-bahasa indah dalam bentuk drama. Begitu banyak polemik mengenai keaslian karya Shakespeare sehingga, menyebabkan keraguan para peneliti. Menurut sejarah, Shakespeare lahir dalam sebuah keluarga yang tidak bisa baca tulis. Namun, peneliti sangat meragukan karya-karya Shakespeare yang dirasakan kabur. Sesungguhnya, karya shakerspeare memang tidak ditulis namun dicatat oleh beberapa temannya yang sama terlibat dalam Teater Globe.
Kontroversi Shakespeare yang melanda dunia Arab dan Tengah yang seolah-olah melecehkan keberadaan dunia Arab. Disaat teater menggali keadaan yang terjadi di tengah kemelut dan kekacauan dunia. Maka, teater akan hadir sebagai makhluk yang hidup, bergerak dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat baik social, budaya, politik, hukum.

Teater merupakan bentuk media dalam menyampaikan keluhan dan nestapa yang terkadang kerap kita temui seperti aksi demontrasi, dan orasi. Dengan teater dan drama seolah pesan yang terkunkung rapat dalam benak akan tersampaikan lewat aksi sang pelakon.

Kiasan drama dan teater yang mampu mengungkapkan realitas dalam seni peran, gerak, dan improvisasi. Sehingga, kita tak heran betapa begitu banyak karya-karya Shakespeare utuh dan bisa dinikmati kalangan pecinta sastra, prosa, dan puisi karyanya.

Pada tahun 1610 Shakespeare mengundurkan diri dan pergi ke Statford, di mana dia tetap menulis baik sendiri maupun bekerja sama dengan penulis lain. Naskah drama terakhir yang dia tulis sendiri sebelum kematiannya tanggal 23 April 1616 adalah Badai.

Saat ini banyak hasil karyanya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum sekolah menengah dan perguruan tinggi di negara-negara yang berbahasa Inggris (dan di banyak negara lain). Bukan saja karya tulisnya (operanya) yang terus di produksi di seluruh dunia, tetapui perusahaan teater-apakah di kota kecil seperti di Ashland, Oregon, dan ota metropolitan yang besar-besar seperti London-secara khusus menampilkan hasil karyanya(operanya).

________15/03/2009
*) Penulis adalah mahasiswi Sastra Inggris, tergabung dalam Labor Penulisan Kreatif, Fakultas Sastra, Universitas Andalas