Menjalin Keberpihakan pada Kaum Miskin

Judul Buku: Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan
Penulis: Muhammad Yunus
Alih Bahasa: Rani R. Moediarta
Penerbit: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: 2008
Tebal: xviii + 262 halaman
Peresensi: Akhmad Sekhu
Harian Merdeka, 3 Des 2008

Masih ingatkah kita pada program pemerintah memerangi kemiskinan? Krisis berkepanjangan yang melanda hingga sekarang ini tampak semakin memperpuruk keadaan masyarakat kita sampai-sampai pemerintah harus menggulirkan program BLT (Bantuan Langsung Tunai). Istilah Orang Kaya Baru (OKB) tampaknya sudah tak berlaku lagi karena justru yang terjadi malah sebaliknya, yaitu kecenderungan adanya Orang Miskin Baru karena banyak masyarakat (cukup mampu) yang mengaku-ngaku miskin agar diberi BLT. Sungguh tragis dan sangat ironis, karena negara yang kekayaan alamnya melimpah ruah, sudah seperti ayam yang mati di lumbung padi.

Sebuah buku berjudul “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” ditulis oleh Muhammad Yunus, penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2006, berisi tentang lika-liku sepak terjangnya bersama Grameen Bank, bank yang didirikannya sebagai upaya untuk menciptakan manfaat ekonomi dan sosial dari bawah. Buktinya, kaum miskin dapat diberdayakan dengan memberikan pinjaman modal tanpa jaminan apa pun, kecuali nyawa mereka.

Mulanya sebuah keinginan sederhana agar bisa menolong orang paling miskin di sekitarnya, dengan strategi kredit mikro yang revolusioner Yunus membangun Bank Grameen sebagai salah satu institusi ekonomi paling inovatif sekaligus berpengaruh di dunia, betapa hal itu menunjukkan bahwa Yunus telah melakukan sebuah gebrakan yang sangat fenomenal, yaitu kepercayaannya yang luar biasa kepada kaum miskin.
***

Buku ini dimulai prolog: berawal dari jabat tangan. Dan baru kemudian dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama, Harapan Terhadap Bisnis Sosial, yang dipaparkan tentang bisnis baru yang kemudian pemilahan tentang bisnis sosial: mana yang Ya, mana yang Bukan. Bagian kedua, Eksperimen Grameen, tentang revolusi kredit mikro, kemudian dari kredit mikro ke bisnis sosial. Disini juga dipaparkan tentang bagaimana perjuangan melawan kemiskinan di Bangladesh dan Negara lain. Dalam pemaparan Tuhan ada dalam rincian. Setelah itu, secawan Yoghurt sekaligus. Bagian ketiga, tentang dunia tanpa kemiskinan, yaitu dengan meluaskan pasar; teknologi informasi, globalisasi, dan dunia yang berubah; bahaya kemakmuran, dan terakhir menaruh kemiskinan dalam museum.

Akhir buku ini ditutup epilog: “Kemiskinan adalah Ancaman bagi Perdamaian”, ceramah Muhammad Yunus dalam penghargaan Hadiah Nobel yang disampaikan di Oslo, Norwegia, 10 Desember 2006. Yunus tidak Sendiri, tapi didampingi sembilan wakil terpilih dari tujuh juta nasabah sekaligus pemilik Bank Grameen. Sungguh sangat menyentuh hati, bahwa dikatakan hadiah ini memberi kehormatan dan kemuliaan tertinggi bagi ratusan juta perempuan di seluruh dunia yang setiap hari berjuang mencari nafkah dan menumbuhkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.

Lebih lanjut dibahas mulai dari kemiskinan sebagai ancaman bagi perdamaian, kemiskinan adalah penyangkalan terhadap HAM, pengemis pun mampu berbisnis, teknologi informasi bagi orang miskin, ekonomi pasar bebas, bisnis sosial Grameen, pasar saham sosial, peran bisnis sosial dalam globalisasi, sampai menaruh kemiskinan dalam meseum.
***

Dalam buku ini, Yunus bahkan melangkah jauh lebih ke depan. Bersama Danone—salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia—Bank Grameen mewujudkan “Bisnis Sosial”—sebuah praktik ekonomi berwatak mulai yang salah satu tujuan utamanya ialah menciptakan dunia tanpa kemiskinan. Yunus membeberkan ide itu sekaligus cara mewujudkan, namun dalam buku ini Yunus mengajukan alternatif dan kesempatan yang bisa menyelamatkan jutaan orang miskin.

Muhammad Yunus merupakan tokoh yang layak jadi panutan, inspirasi dan teladan bagi para pengambil keputusan Indonesia. Buku ini bahkan bisa membuat mata kita meleleh demi menghargai totalitas pengabdiannya pada kaum miskin. Bahwasannya buku ini tepat hadir di Indonesia yang tengah dilanda krisis ekonomi, krisis sosial, dan juga krisis kepemimpinan. Buku yang cocok sekali dibaca antara lain oleh para eksekutif perusahaan dan institusi, politisi, manajer, pengambil kebijakan, pekerja sosial, serta aktivis—agar tahu persis seperti apa upaya penghapusan kemiskinan yang konkret dengan tetap berbasis pada aktivitas ekonomi yang sehat, bukan filantropi atau penipuan berkedok kepedulian sosial.

Akhirnya, kita bisa menyimpulkan apa yang dilakukan Yunus dalam buku ini adalah sebuah totalitas keberpihakan pada kaum miskin. Semangat yang kita dapat dari usaha Muhammad Yunus- peraih hadiah Nobel Perdamaian, begitu besar jasanya mendirikan sekaligus memelopori lahirnya Grameen Bank (Grameen berarti daerah pedesaan atau kampung) untuk kaum papa di Bangladesh-dalam mengentaskan kemiskinan dunia. Menangkap semangat, kita dapat memerangi kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat, terutama masyarakat miskin, dengan memberikan pinjaman demi bergeliat usaha masyarakat untuk melepaskan dari dari jerat kemiskinan, betapa kita memang harus menjalin keberpihakan pada kaum miskin.

***

Bahasa »