Hadiah Ulang Tahun untuk Kartini Kecilku

Susringah *

Sekitar 8 tahun lalu, aku akhiri masa kesendirianku. Allah SWT mempertemukan aku, dengan pria yang sampai kini jadi imam dalam keluarga kecilku. Setahun kemudian, tepatnya 19 April 2006, Alhamdulillah dipercayakan Allah diberi amanah, dikaruniai seorang putri cantik, yang kami beri nama Irene Khalifah Khairunnisa. Harapanku kelak jadi wanita baik, bisa memimpin dirinya pun orang lain, sesuai namanya.

Waktu berputar cepat. Rasanya baru kemarin aku duduk di bangku sekolah, kini sudah jadi seorang ibu. Setelah kehadiran putriku, aku sadar tugas berat menanti. Kadang ada rasa takut pun ragu; mampukah mendampingi, membimbing, dan mendidiknya. Karena merasa tak berilmu pengalaman. Tapi bagaimana juga, harus berusaha memberi yang terbaik untuknya.

Saat putriku berumur 3 tahun, atas izin suami aku lanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Tujuanku menuntut ilmu, bukan mencari gelar guna kenaikan jabatan atau mengejar cita-cita. Tapi menambah pengetahuan, supaya bisa mendidik putriku. Ibu ialah tempat bertanya putra-putrinya. Kemajuan jaman yang berkembang pesat, menuntut kami berwawasan luas. Setelah memutuskan untuk kuliah, resiko terambil tidak ringan; berkejaran dengan waktu, membagi antara mengurus rumah, bekerja serta kuliah. Walau berat, terus bersemangat, aku yakin pasti bisa.

19 April 2012, putriku genap berusia 6 tahun. Sebentar lagi lulus Taman Kanak-kanak dan melanjutkan ke Sekolah Dasar. Seperti para ibu yang lain, bulan itu bulan kegundahan. Akan kemana menyekolahkan putranya, karena pendidikan dasar merupakan pondasinya. Setelah menelisik sedari sekolah satu ke yang lain, akhirnya memutuskan menyekolahkan putriku di SDIT Qurrota A’yun, dengan alasan serta pertimbangan matang.

“Mama, aku punya banyak teman baru, Mbak Asti, Mbak Gina, Hafid, Faros..” begitulah cerita putriku sepulang sekolah di hari pertama masuk SD. Walau pulang jam 14.00, tapi tak terlihat sedikit pun lelah di wajahnya. Senyumnya selalu menyambutku kala menunggu di luar pagar sekolahnya. Saat berangkat pun dia bersemangat “Mama, aku berangkat dulu ya, do’akan jadi anak pintar dan sholehah”. Aku jawab dengan tertegun, karena tak pernah mengajarkan seperti itu.

Setelah masuk SD, terjadi perubahan besar padanya, yang setiap saat membuatku tercengang. Masih teringat jelas awal putriku membangunkan aku jam 04.00 untuk mengajak sholat berjama’ah. Bukan itu saja, tiap pagi membantuku menyapu, mengingatkan ayahnya sholat jama’ah di masjid, mengingatkan aku agar berdo’a sebelum-sesudah melakukan kegiatan apa pun. Subhanaallah seolah tak percaya apakah ini benar-benar putriku.

Putriku yang dulu selalu rewel jika dibangunkan untuk siap-siap sekolah, kini gantian membangunkan aku. Buku-buku pelajaran disiapkannya sendiri, ustadz dan ustadzahnya berhasil membuat putriku belajar mandiri. Aku bersyukur dan berdo’a, semoga ini bisa dipertahankan.

Kadang aku malu, merasa belum bisa jadi orang tua yang baik. Melihat perubahan terjadi padanya, diriku terdorong untuk terus belajar dan belajar, bersemangat mengikuti pengajian rutin yang diadakan sebulan sekali di sekolahnya. Dari sini semakin sadar, ternyata tidak mudah menjadi orang tua.

Desember 2012. Tak terasa sudah satu semester putriku sekolah. Bulan itu sangat membahagiakan, putriku memberi hadiah yang mengejutkan. Dia dapat peringkat 1, nilai ulangannya bagus di kelasnya. Ini hadiah di hari ibu yang istimewa. Aku bersyukur, dan semoga dia bisa menjaganya. Lalu aku beri nasehat, bahwa ranking sekadar bonus, terpenting belajar menerus. Bukan hanya soal pelajaran, tapi juga belajar menjadi anak sholehah.

Ketika ku tanya, minta hadiah apa, dia jawab “Aku hanya ingin mama menemaniku belajar” aku tertegun mendengarnya. Atas inspirasi permintaanya, aku putuskan berhenti bekerja. Untuk membantu suami, aku ingin usaha sendiri di rumah, sehingga ada banyak waktu demi anak.

Setelah berfikir matang dan bermusyawarah dengan keluarga. Januari 2013, aku bulatkan tekad keluar dari pekerjaan, lalu membuka usaha sendiri, supaya fokus mendampingi putriku. Membuka usaha fotocopy di dekat rumah, yang aku beri label Irawan Digital Copyer. Persiapannya ternyata menguras waktu, tenaga serta pikiran; memilih lokasi, belanja alat dan lainnya. Semua ku lakukan ikhlas dan bersemangat, semata-mata bagi putriku.

19 april 2013, hari ulang tahun putriku yang ke 7. Aku sudah persiapkan hadiah tas, karena dia sempat utarakan keinginannya mempunyai tas baru seperti punya temannya. Waktu pulang sekolah aku menjemputnya dengan antusias, tapi aku lihat wajah putriku murung. Ketika aku tanya, hanya diam saja.

Sepanjang perjalanan ke rumah, aku biarkan dia diam, dalam hatiku bertanya: Ada apa? Apakah tadi di sekolah bertengkar dengan temannya? Atau mendapat nilai kurang bagus? Tidak biasanya putriku diam, dia selalu menceritakan apapun yang dialami di sekolah, baik yang menyedihkan atau menyenangkan.

Sesampai rumah, setelah ganti seragam aku dekati putriku. Aku bilang “dek, hari ini ulang tahun Dek Nisa, mama sudah siapkan hadiahnya lho, tapi kok dari tadi cemberut, ada apa? Dek Nisa pengen apa?” Tiba-tiba putriku menangis, “Aku nggak minta apa-apa ma, cuma minta mama menemani aku belajar. Aku tadi masuk babak final lomba MIPA di sekolah, teman-teman punya buku buat belajar, tetapi aku nggak punya”.

Sebelum terjawab, dia melanjutkan permintaannya “aku juga minta mama ikut lomba menulis di sekolahan, seperti mamanya Mbak Asti, paling lambat terkumpul hari Senin. Mama nggak menang nggak apa, yang penting mengumpulkan”. Aku benar-benar terkejut mendengarnya. Ternyata hari-hari karena kesibukan, sampai lupa memperhatikan putriku.

*) Susringah, lahir di Ponorogo, 4 November 1986, adalah Wali dari Ananda Irene Khalifah Khairunnisa (siswi kelas 1-Ali). Alamat sekarang di Jl. Parikesit Gg. 1 No. 10 Ponorogo. Penulis adalah istri dari Bambang Eko.

Bahasa »