Sajak-Sajak Sofyan RH. Zaid

SERAT KESUNYIAN

datang-datanglah kau padaku, kekasih # aku menanti dari hari ke perih
padam mata arah nyala mata waktu # aku rabah hati masih dalam rindu
air mata menulis kalimat harap # angin membacakannya kepada gelap
tak tahan sudah aku menabung duka # biarkan saja kata yang menanggungnya
dalam bahasa rahasia cuaca # menjadi serat di lembaran udara

kini hanya kenangan melipur luka # logika tersesat di hutan kepala
aku mabuk suntuk meneguk bayangan # jiwa menari bersama kesunyian
kau harusnya tahu bagaimana aku # melawan ingat dalam api cemburu
bumi terbakar jarak pun belingsatan # langit menangis kangen tidak karuan
mari kita berjumpa di bawah bulan # antara musim kemarau dan penghujan

datang-datanglah kau padaku, kekasih # aku menunggu dari hari ke perih
bila akhirnya kau pun tak sampai juga # aku bakar ini tubuh di beranda

2014

RATIB RINDU

sudah lama kita tak saling bercakap # engkau kini jauh dan senyap
aku tak bisa mencium saat rindu # juga tak bisa memukul saat pilu

jarak dan waktu seperti melawanku # mereka seakan terus bersekutu
hari-hari pun alangkah menyedihkan # tangisku melebihi ribuan hujan

banjir kenangan menggenangi batinku # kehendak berlari mencari perahu
air mata mencipta lautan duka # aku menujumu berlayar ke surga

2015

KEPADA

berkediplah padaku sekali saja # biar aku kenang sepanjang usia

2102-2014

SULUK SALAK

seketika duri salak menusukku # menderas darah dari pembuluh waktu
daun-daunnya menamparku berulang # merintihlah perih dari bibir ruang

lalu aku berdiri seperti patung # melayang dan hinggap sekawanan burung
simpang jalan menuju keabadian # dan sembilan depa dari kecemasan

air mataku kehilangan pelupuk # tubuh-tubuh berlari mencari peluk
bahkan kini aku tidak tahu lagi # apa matahari itu masih menari

awan hitam berarak langit bergetar # bumi pun seakan berhenti berputar
dari kepak sayap burak berguguran # kuntum bunga salak harum kematian

2014-2015

PUNCAK KEBIJAKSANAAN

saat sampai di puncak seperti ini # apa yang bisa diucap oleh sunyi
tidak perlu lagi kata dan suara # kita menyerah pasrah pada ada
biarkan mata memandang keluasan # lalu bersalam kepada ketinggian
jiwa mewujud dalam hening semesta # laut dan ladang terlihat tak berbeda
hujan dan juga panas adalah sama # hanya menyentuh ke muka kulit saja

di tiang yang tercipta dari cuaca # kita kibarkan bendera air mata
kita pejamkan mata memberi hormat # kepada maut sebagai penghianat
tersingkaplah hidup itu bentuk tubuh # sedangkan keabadian rahasia ruh
hingga angin pun lupa kepada dingin # angan akhirnya benci kepada ingin
duka meleleh seperti batang lilin # siang dan malam berganti jadi mungkin

kita bukan lagi cemburu dan cinta # segala benda menjadi sia-sia
di sini kita satu dan selamanya # tak butuh lagi surga atau neraka

2014


Sofyan RH. Zaid, lahir di Jenangger, Batang-batang, Sumenep 08 Januari 1986. Mulai rajin membaca sejak kelas 5 SDN Jenangger. Belajar menulis sejak kelas 1 MTs. Miftahul Ulum Batang-batang. Berproses kreatif secara intensif ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk. Kecintaannya pada sastra terus berlanjut sampai dia kuliah di Universitas Paramadina Jakarta, jurusan Falsafah Agama. Beberapa kali memenangkan sayembara kepenulisan puisi, baik tingkat lokal maupun nasional, salah satunya Sayembara Puisi “Pesan Damai untuk Seluruh Manusia” 2017 PCI-NU Maroko dengan puisi “Surat Kepada Alfreda, XVII”.
Karya-karyanya berupa puisi dan esai terbit di sejumlah media, seperti Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post, Indopos, Padang Ekspres, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Seputar Indonesia, Solopos, Merapi, Suara NTB, Banjarmasin Post, Metro Jambi, Minggu Pagi, Radar Bekasi, Radar Madura, Horison, Annida, Sahabat Pena, Kuntum, BasaBasi, dan sebagainya.
Sejumlah karyanya juga tergabung dalam buku bersama, semisal Biarkan Aku Memningmu dengan Puisi (EKBT, 2007), Empat Amanat Hujan (DKJ, 2010), Surat-surat Cinta Untuk KPK (Diva, 2012), Narasi Tembuni (KSI, 2012), Suara 5 Negara (Tuas Media, 2012), Tifa Nusantara I,II &III (TKSN, 2013, 2015, 2016), Negeri Langit (DNP V, 2014), Negeri Laut (DNP VI, 2015),Negeri Awan (DNP VII, 2017),Bersepeda ke Bulan (Indopos, 2014), Nun (Indopos, 2015) Lentera Sastra II (Antologi Puisi 5 Negara, 2014), Pengantin Langit (KSI, 2014), Titik Temu (KJ, 2014), Solo dalam Puisi (Pawon, 2014), Saksi Bekasi (TareSI, 2015), 1.000 (New)haiku (KKK, 2015), Sajak Puncak (TareSI, 2014), Kepak Sajak (TareSI, 2016), Gelombang Puisi Maritim (DKB, 2016), Pasie Karam (DKAB, 2016), dan lainnya.
Kini aktif menjadi editor dan konsultan. Tercatat sebagai anggota Pokja Keuangan dan Perbankan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN RI). Selain menjadi redaktur di Jurnal Sastra LOKOMOTEKS, juga berproses kreatif di Hari Puisi Indonesia, dan Serumpun Foundation. Buku puisi tunggal pertamanya Pagar Kenabian (TareSI, 2015) mendapat banyak ‘perhatian’ sebagai ‘puisi pagar’ dan masuk 15 nominasi Anugerah HariPuisi Indonesia (2015). Sebagai trilogi puisi pagar, sedang dipersiapkan antologi puisi tunggal selanjutnya, yaitu: Pagar Cahaya (2020), dan Pagar Tunggal (2025). Lelaki yang menyukai mie ayam ini, tinggal di Bekasi. Kontak: sofyanrhzaid@gmail.com (+6287877513761).

Leave a Reply

Bahasa »