Sejarah Awal Sastra NTT

Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 10 Mar 2015

Sastra NTT yang kini mulai dikenal luas memiliki sejarah yang panjang. Sejarah panjang sastra NTT itu diketahui setelah dilakukan pelacakan sejarah awal kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangannya sampai dengan tahun 2015 ini.

Untuk menelusuri sejarah awal sastra NTT tentu harus menjawab dahulu pertanyaan ini: kapan sastra NTT lahir? Jawaban atas pertanyaan ini tentu saja beragam sesuai dengan sudut pandang seseorang. Jangankan sastra NTT, pertanyaan tentang kapan sastra Indonesia lahir saja, jawabannya sampai kini masih beragam.

Kapan Sastra NTT Lahir?

Menurut saya, sastra NTT lahir pada saat orang NTT pertama kali menulis dan mempublikasikan karya sastranya kepada masyarakat umum dengan menggunakan bahasa Indonesia. Data dan informasi tentang hal ini hanya bisa dilacak dalam media massa cetak nasional yang terbit di Jawa, karena di NTT sendiri tidak ada data dan informasi tentang hal ini, karena memang pada masa awal itu tidak ada media massa cetak di NTT yang mempublikasikan karya sastra.

Siapakah orang NTT pertama yang menulis karya sastra? Setelah melalui proses penelusuran yang panjang dan agak rumit terhadap sejumlah data dan informasi tercetak yang ada, akhirnya saya menemukan orang NTT pertama yang menulis karya sastra. Dia adalah Bapak Gerson Poyk. Nama-nama orang NTT yang lain baru muncul kemudian setelah Gerson Poyk merintisnya.

Dalam sejumlah biografi Gerson Poyk yang tertera pada buku-buku karyanya, terungkap bahwa Gerson Poyk mulai menulis karya sastra sejak menjadi guru SMP dan SGA di Ternate dan di Bima tahun 1956-1963. Disebutkan sejumlah nama media cetak yang memuat karya sastranya, yakni Mimbar Indonesia, Tjerita, dan Sastra. Saya hanya menemukan data otentik karya sastra Gerson Poyk pada majalah Sastra (1961), sedangkan pada Mimbar Indonesia dan Tjerita tidak ditemukan.

Data otentik karya Gerson Poyk sebagai karya sastra awal beliau yang saya temukan dalam pelacakan tahun 2012 adalah cerita pendek. Cerita pendek pertamanya berjudul “Mutiara di Tengah Sawah” dimuat dalam majalah Sastra (edisi Tahun I, Nomor 6, Oktober 1961) dan mendapat hadiah sebagai cerpen terbaik pada tahun 1961 itu. Majalah Sastra adalah majalah bulanan yang khusus menerbitkan karya-karya sastra, terbit pertama kali tahun 1961, dipimpin H.B. Jassin dan M. Balfas. Cerpen “Mutiara di Tengah Sawah” ini setelah 23 tahun kemudian (1984) ditambah dengan sejumlah cerpen Gerson Poyk yang lain, dibukukan dalam satu buku kumpulan cerpen dengan judul Mutiara di Tengah Sawah (1984).

Pada waktu Temu 1 Sastrawan NTT yang diselenggarakan Kantor Bahasa Provinsi NTT pada 30-31 Agustus 2013 di Aula Taman Budaya NTT, Kupang, Gerson Poyk dan saya tampil bersama-sama membawakan materi pada hari kedua pada 31 Agustus 2013, di hadapan sekitar 40 sastrawan NTT yang hadir. Mezra E. Pellondou yang bertindak sebagai moderator pada saat itu, bertanya kepada Gerson Poyk: “Opa Gerson, apa nama karya sastra Opa ditulis pertama kali dan diterbitkan di mana?” Atas pertayaan itu, Gerson menjawab, karya sastra pertamanya berupa cerita pendek, judulnya “Mutiara di Tengah Sawah.” Pada waktu itu saya sungguh merasa bahagia, karena hasil temuan saya tahun 2012 tidak meleset.

Dengan demikian, pertanyaan, kapan sastra NTT lahir, jawabannya adalah pada tahun 1961, pada saat orang NTT pertama, yakni Gerson Poyk menulis dan mempublikasikan karya sastranya yang pertama lewat majalah Sastra (edisi Tahun I, Nomor 6, Oktober 1961). Dengan demikian, pada tahun 2015 ini, sastra NTT sudah berusia 54 tahun. Sastra NTT lahir setelah 3 tahun Provinsi NTT lahir pada 22 Desember 1958.

Dalam usia sastra NTT yang ke-54 tahun pada 2015 ini, sastrawan-sastrawan NTT yang dalam catatan saya berjumlah 44 orang, telah mempersembahkan 135 judul buku sastra untuk masyarakat luas, baik tingkat nasional maupun internasional. Adapun perinciannya, 56 judul buku novel, 37 judul buku kumpulan cerpen, dan 42 judul buku kumpulan puisi. Sastrawan NTT yang paling poduktif adalah Gerson Poyk, kemudian diikuti Maria Matildis Banda, John Dami Mukese, dan Mezra E. Pellondou.

Dilihat dari segi kreativitas dan produktivitas (sebagai produk budaya intelektual) masyarakat NTT yang kini berjumlah sekitar 4,5 juta orang, dalam rentang jangka waktu 54 tahun, jumlah 135 judul buku sastra NTT yang dihasilkan para sastrawan NTT ini, “belum berarti apa-apa” bagi masyarakat banyak. Apalagi, sebagian buku-buku sastra NTT ini sulit ditemukan di pasaran buku, karena tidak dicetak ulang oleh penerbit maupun pengarangnya.

Siapa Perintis Sastra NTT?

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, orang NTT pertama yang menulis karya sastra adalah Gerson Poyk. Beliau lahir pada 16 Juni 1931 di Namodale, Kabupaten Rote Ndao. Tahun 2015 ini Gerson Poyk genap berusia 84 tahun. Selama 54 tahun terus-menerus, sejak tahun 1961 sampai 2015 ini, Gerson Poyk tetap dan terus berkarya sastra.

Cerpen Gerson Poyk yang kedua berjudul “Oleng-Kemoleng” dimuat dalam majalah sastra Horison tahun 1968 dan mendapat pujian dari majalah tersebut. Pada tahun 1975, Gerson Poyk menggebrak dengan menerbitkan tiga buku kumpulan cerita pendek, yakni (1) Nostalgia Nusa Tenggara (1975); (2) Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Aleksander Rajaguguk (1975); dan (3) Matias Akankari (1975). Ketiga buku sastra ini diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores, penerbit yang sangat berjasa dalam perjalanan karier sastrawan Gerson Poyk selanjutnya.

Pada tahun 1964 Gerson Poyk menerbitkan pertama kali karya sastra novel, yakni novel berjudul Hari-Hari Pertama (BPK Gunung Mulia, Jakarta). Novel Gerson yang kedua berjudul Sang Guru terbit tahun 1971 (Pustaka Jaya, Jakarta). Novel yang ketiga berjudul Cumbuan Sabana terbit tahun 1979 oleh Penerbit Nusa Indah, Ende. Berdasarkan penelusuran saya, sampai dengan tahun 2015 ini, Gerson Poyk telah menerbitkan buku novel dan buku kumpulan cerpen minimal berjumlah 27 judul buku.

Masih satu lagi pertanyaan, siapakah orang NTT pertama yang menuliskan karya sastra puisi? Dalam penelusuran saya, orang NTT pertama yang menulis puisi adalah Bapak Dami N. Toda. Dami Toda menulis dan mempublikasikan karya puisinya yang pertama pada tahun 1969.

Data otentik yang saya miliki, judul puisi pertama Dami Toda adalah “Sesando Negeri Savana” dimuat dalam majalah Sastra (edisi bulan Juli, Nomor 7, Tahun 1969). Puisi Dami yang kedua dipublikasikan pada tahun 1973 berjudul “Epitaph Buat Daisia Kecil” dalam majalah sastra Horison (edisi Desember, Nomor 12, Tahun VIII, 1973). Dan puisi Dami yang ketiga pada tahun 1977 berjudul “Pidato Kuburan Seorang Pembunuh (Tragedi Pendendam Tua di Adonara)” dimuat Majalah Dian (Nomor 1, Tahun V, 24 Oktober 1977). Pada bagian akhir puisi ini tertulis, Mei 1967 (artinya puisi ini diciptakan tahun 1967). Dilihat dari segi penciptaannya, puisi yang dimuat Majalah Dian (terbitan Ende, Flores, milik Serikat Sabda Allah, SVD) ini adalah puisi pertama Dami, namun dilihat dari segi tahun publikasinya, puisi yang dimuat majalah Sastra (1969) adalah puisi pertama Dami.

Selanjutnya, buku kumpulan puisi Dami Toda pertama terbit tahun 1976 dalam bentuk antologi bersama penyair Indonesia lain berjudul Penyair Muda di Depan Forum (Dewan Kesenian Jakarta, 1976). Puisi-puisi Dami yang lain terdapat dalam antologi Tonggak: Antologi Puisi Indoesia Modern III (1987) editor Linus Suryadi AG.

Pada tahun 2005 terbit buku kumpulan puisi pribadi Dami berjudul Buru Abadi (Indonesia Tera, Magelang, 2005). Dalam perjalanan kariernya, Dami Toda ternyata lebih menonjol sebagai penulis telaah dan kritik sastra daripada sebagai penyair, sehingga dikenal luas sebagai kritikus sastra Indonesia modern.

*) Pengamat Sastra NTT dari Universitas Flores, Ende
http://yohanessehandi.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-awal-sastra-ntt.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *