Fatah Anshori *
Semenjak saya menyukai novel dan cerita-cerita pendek saya seolah menjadi semakin kritis terhadap film-film yang saya tonton, saya melihat bagaimana konflik itu muncul. Bagaiamana film itu membuat penasaran penontonnya. Dan banyak lagi. Sebagaimana Bernard Batubara pernah merekomendasikan cara efektif membuat cerita adalah dengan cara menonton film.
Maka disini saya akan berusaha mengulas setiap film yang saya tonton dan mencoba mengaitkannya dengan sastra, khususnya cerpen dan novel. Saya menganggap mereka tidak jauh berbeda, pada dasarnya mereka masih suka berbicara tentang kreatifitas dalam bercerita. Baiklah, ini adalah tentang J.K Rowling. Siapa yang tidak mengenal J.K Rowling dan Harry Potter-nya. Jujur saya sudah mendengar lama namanya, namun sekalipun belum pernah menonton film Harry Potter-nya hingga selesai. Apalagi membaca buku-bukunya, mungkin selanjutnya saya harus benyak membacanya. Sebagaimana Bernard Batubara mulai menulis karena pengaruh darinya. Ini juga juga boleh dibilang perkenalan pertama saya dengannya. Melalui sebuah film yang saya ulas ini.
Fantastic Beasts and Where to Find Them, dimulai dengan prolog sebuah isu dunia sihir yang dimuat di koran-koran. Dan sebuah kejadian aneh di kastil yang di selimuti kabut. Mungkin cerita yang bagus paling tidak harus seperti ini, saya menganggap ini sebagai pondasi cerita sekaligus pemicu rasa penasaran penonton untuk tetap mengikuti cerita dari awal hingga akhir. Atau ini juga merupakan PR besar dari seorang pencerita, membuat rasa penasaran yang meluap-luap di dada para pembaca sekaligus menimbulkan pertanyaan di kepala meraka, apa yang akan terjadi?
Kemudian cerita kembali ke tempo yang normal dan datar-datar saja seolah kendaraan yang kita tumpangi menurunkan kecepatannya setelah tadi menancap gas terlalu kencang. Dari sinilah semua berawal, ketika seorang lelaki Inggris datang ke New York membawa sebuah koper. Dan seorang pemeriksa koper di pelabuhan memeriksanya. Disini J.K Rowling tampak ingin mempermainkan rasa ingin tahu penontonnya dengan membuat keganjilan berada di koper yang di bawa oleh tuan Scamander, lelaki Inggris itu.
Dan benar sepertinya cerita berporos pada koper yang dibawa tuan Scamander itu. Ini adalah cerita fantasi atau juga bisa disebut cerita surealis. Sebagaimana kita tahu J.K Rowling adalah master di cerita fantasi. Imajinasi yang kuat dan luar biasa. Di koper itu berbagai hewan sihir hidup dan tinggal. Manusia bisa masuk kedalamnya dan melihat kebun binatang yang serupa dengan luas dunia lengkap dengan, padang rumput, pegunungan, daerah bersalju, goa, langit mendung, seperti itulah. Dan pada suatu hari koper itu tertukar dengan koper tuan Kowalski, yang merupakan orang No-Maj dan tidak tahu sedikitpun tentang sihir. Cerita menemui ketegangan lagi ketika tuan Kowalski dengan ketidak-tahuannya membuka koper itu. Berbagai hewan sihir keluar dan membuat kekacauan-kekacauan. Tentunya cerita tidak sesederhana itu. Dan saya juga tidak akan bercerita terlalu detail disini.
J.K Rowling masih menyelipkan kisah cinta dalam cerita, cinta yang malu-malu namun tampak menarik antara tuan Scamander dan perempuan yang bekerja dalam Agen Rahasia Federasi Sihir. Didalam cerita.yang terlalu rumit J.K Rowling masih menyelipkan cerita cinta, luar biasa. Dialog yang digunakan juga dialog yang sangat berbobot dan filosofis. Dan mungkin yang paling penting disini saya mendapatkan teknik memunculkan tokoh baru ditengah-tengah cerita, seperti yang dilakukan J.K Rowling di film ini. Yakni dengan cara tokoh lain memuculkan tokoh baru yang dulu pernah ia kenal. Saya baru sadar, dalam sebuah cerita, sebuah tokoh mempunyai masa lalu dan masa depan, kapasitas pengetahuan yang selalu tidak di ketahui oleh tokoh lain. Termasuk pembaca, sehingga jika memunculkan tokoh baru dari tokoh lama. Rasanya kita seperti melakukan hal lazim yang bisa diterima dengan nalar. Dan satu lagi pencerita tidak merasa terintimidasi dosa dalam bercerita karena menentang larangan-larangan dalam bercerita.
_______________________
*) Fatah Anshori, lahir di Lamongan, 19 Agustus 1994. Novel pertamanya “Ilalang di Kemarau Panjang” (2015), dan buku kumpulan puisinya “Hujan yang Hendak Menyalakan Api” (2018). Salah satu cerpennya terpilih sebagai Cerpen Unggulan Litera.co.id 2018, dan tulisanya terpublikasi di Website Sastra-Indonesia.com sedang blog pribadinya fatahanshori.wordpress.com