‘Ruangan Cina’ Tak Cukup Buat Harari


Dwi Pranoto *

Kritik terhadap pemikiran Harari melalui atau menggunakan pemikiran John R. Searle dalam Minds, Brains, and Programs, yang mensubordinasi mesin atas nama potensialitas psikologis/mental manusia selain tidak cukup juga tak relevan dengan konteks pembayangan Harari akan masa depan yang ditarik dari revolusi kognitif melintasi revolusi agraris, revolusi saintis, revolusi industri sampai menyelam ke dalam kapitalisme. “Kesalahpahaman kebahasaan” yang digunakan oleh Searle dalam menjelaskan terpilahnya pemahaman dan pengambilan-keputusan adalah pisau yang tumpul untuk membantah hilangnya kehendak bebas. Bagaimana pemahaman/pengertian muncul tanpa memproses informasi yang sudah tersedia?

Searle menyatakan, “. . . we can see that the computer and its program do not provide sufficient conditions of understanding since the computer and the program are functioning, and there is no understanding”. Problem ‘china room’ yang diajukan Searle untuk menyingkapkan bahwa mesin atau komputer tidak mempunyai pemahaman/pengertian berlandas pada pemahaman sebagai aktivitas mental yang dapat dipisahkan dari aktivitas pengambilan keputusan. Barangkali pandangan Searle mengenai pemilahan antara pemahaman/pengertian dan pengambilan keputusan dapat dipahami paling baik melalui contoh ilustrasi pintu yang membuka sendiri karena fungsi sel fotoelektriknya yang menurutnya bukan pemahaman. Mungkin saya keliru, tapi sepanjang pembacaan saya, Searle tidak pernah menjelaskan proses memperoleh pemahaman/pengertian yang merupakan aktivitas berpikir.

Dalam arti generiknya ‘pemahaman’ adalah mengindra/merasakan/menyadari makna yang dimaksudkan. Apa yang mendahului pemahaman adalah input informasi yang dikumpulkan dari obyek pemahaman. Input informasi itu kemudian diolah atau diproses dengan melibatkan ‘teori’ yang mereduksi informasi menjadi bentuk yang lebih sederhana. Kita ambil contoh mudah untuk hal ini; seorang dokter mengumpulkan data dari seorang klien, data obyektif menunjukan klien tersebut pucat, berkeringat dan gemetar, sedangkan data subyektif menyatakan klien tersebut sakit perut dan merasa lemas. Pucat, berkeringat, gemetar, sakit perut, dan merasa lemas, tidak menggambarkan atau menjelaskan keutuhan wujud klien, tapi hasil reduksi teoritis. Kemudian, mungkin, dokter menyimpulkan klien tersebut kurang asupan atau berada dalam kondisi lapar. Nah, lapar atau kurang asupan ini adalah pemahaman. Proses memperoleh pemahaman ini adalah mereduksi informasi yang merupakan aktivitas memampatkan atau mengompresi data. Apa yang berbeda antara otak manusia yang berpikir secara teoritis dengan komputer yang berpikir secara programik? Kita kembali pada problem ‘china room’ Searle; apa yang membuat seseorang yang memahami bahasa Inggris tapi tidak memahami bahasa China? Karena ia hanya mempunyai ‘teori’ bahasa Inggris tapi tidak mempunyai ‘teori’ bahasa China untuk mereduksi informasi. Apakah komputer tidak dapat dianggap memahami bahasa China karena proses pemahaman komputer yang mereduksi informasi bahasa China sebagai informasi algoritmis? ” A useful theory is a compression of the data; comprehension is compression. You compress things into computer programs, into concise algorithmic descriptions. The simpler the theory, the better you understand something”, kata Gregory Chaitin.

Saya kira keberatan Searle bahwa kecerdasan komputer relatif sama dengan kecerdasan manusia bersumber pada pandangan antroposentris yang menganggap manusia sebagai entitas paling unggul di dunia. Pandangan yang melahirkan kehendak bebas dan kesadaran manusia sebagai individu yang terpisah, bahkan, dengan individu lain. Bertahun-tahun lalu pemikiran Georg Simmel mengenai otonomisasi konten – sains menjadi suatu nilai untuk dirinya sendiri – sudah membantah pandangan ini.

Tidak setuju dengan Harari adalah satu hal, bagaimana mendebatnya adalah hal lain. Tidak cukup hanya mengatakan tidak terkesan dengan pemikiran “fantasional” Harari.

*) Dwi Pranoto, sastrawan dan penerjemah. Tinggal di Jember, Jawa Timur.

Leave a Reply

Bahasa »