Wahyu Hidayat **
/A/
Tanganmu menggambar wajah farisi dan tubuh naskhi yang runcing. Di tengah ayat, handam yang kaugerakkan membentuk huruf-huruf tumpul.
“Bantu aku merapikan ujung handam,” suaramu seperti tsulutsi yang agung dan mencandukan. Dadaku menjadi diwani jali yang gagal terbaca awam.
/R/
Kita tak menceritakan apapun. Kita tak menulis apapun. Tiba-tiba, kita telah sampai di akhir halaman.
/Z/
Engkau dan aku, pernah menjadi sebentang tanah dan jahe merah. Bila hujan tiba, engkau memeram air di kedalaman hingga aku senantiasa sentosa saat kemarau begini panjang.
/D/
Aku masih mengenang perahu-perahu. Kerlip lampu di kejauhan, cahaya kecil yang kita tunjuk sebagai tanda hidup nelayan.
Aku masih mengenangmu. Sebagai perahu-perahu yang jauh dengan lampu kecil: kita berdua sama-sama hidup, namun di tempat yang berbeda.
/L/
Hari-hari tenggelam begitu cincin melingkar di jarimu. Aku sesepi puisi, dan rumpang seperti ingatan. Bila wuluhan gelap, itu bukan sebab akan turun hujan. Melainkan irisan dadaku yang kaujanjikan; pejal dan menghitam.
/F/
Maafkan bila enau yang kuberikan padamu hanya tinggal ijuknya. Untukmu ijuk itu; sebagai katup kesepian di malam yang menisbikan. Sebab umbutnya telah raib sebelum engkau datang. Dan niranya, pada siapa-siapa, tak hendak kurelakan.
/V/
Bagaimana sanggup engkau berlari ke arah kejatuhan–sementara aku yang telah karib, engkau getaskan?
Ingin kubanting meja dan botol minuman, di tengah pesta tanpa perjamuan!
/N/
Aku merapal mantra dan tenung purba usai perpisahan dalam kereta. Agar hujan jatuh dan sebanyak tubir lumpuh.
Namun matamu menghabisi sepenuh mantra. Aku limbung dan purna. Sehingga kesepian begini memenjara.
Tegalsari, 2019
*) Farisi, naskhi, tsulusti, diwani jali adalah jenis bentuk tulisan kaligrafi arab.
**) Wahyu Hidayat, lahir di Banyuwangi 28 Oktober 1995. Pendiri Komunitas Tulis Graps, dan bergiat di Komunitas Tobong Karya. Beberapa kali mendapat penghargaan, di antaranya: Juara 2 Radar News Competition, Juara 3 lomba cipta puisi Dewan Kesenian Blambangan, masuk 20 besar sayembara manuskrip puisi Dewan Kesenian Jawa Timur, dan Juara 2 lomba cipta puisi 7 kota (Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan) yang diadakan Universitas Jember (UNEJ). Puisi-puisinya termuat di koran, majalah dan antologi: Banyuwangi dalam Langgam, Merangkai Damai, Sastrawan Jilid III, Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa, Puisi Sakkarepmu, Balada Tanah Takat. Kumpulan puisi pertamanya, Kesaksian Musim (2016). Santri Darussalam Blokagung. Dapat berkomunikasi melalui Facebook: Wahyu Lebaran atau Instagram: @wahyulebaran.