Bertukar Tangkap dengan Lepas

; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Esai


Penyunting: Nirwan Ahmad Arsuka
Penyelia Aksara: Lusia Neti Cahyani
Penerjemah: Intan Paramaditha & Landung Simatupang
Perwajahan dan Tata Letak: Gamaliel W. Budiharga
Foto Sampul: Mohamad Amin
Edisi Terbatas, Desember 2014
ISBN 978-602-19208-5-5
teatergarasi.org

Diterbitkan pertama kali oleh Teater Garasi / Garasi Performance Institute
Nitiprayan No. 164 B, RT 04 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55182 Telp/Faks: 0274-415844 email: garasi@teatergarasi.org Harga: Rp. 75.000,00 + Ongkir, Pemesanan lewat SMS: 087839298113

Bertukar Tangkap dengan Lepas: Karnaval 20 Tahun Teater Garasi adalah rangkaian peristiwa dan refleksi kritis yang merayakan 20 tahun hubungan timbal balik antara medan kebudayaan lokal, nasional, dan internasional, dengan Teater Garasi/Garasi Performance Institute. Dalam upaya mengunjungi, menimbang ulang, mengkritisi, dan terutama, menghidupkan jejak kerja 20 tahun suatu entitas kreatif teater sebagai aktivisme kultural, Bertukar Tangkap dengan Lepas, tajuk yang kami pinjam dari penyair Amir Hamzah, diturunkan dalam beberapa bentuk salah satunya adalah Penerbitan Buku Bertukar Tangkap dengan Lepas; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Esai dan Bertukar Tangkap dengan Lepas; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Foto.

Sejak mula, bidang teater dan pertunjukan yang didiami Teater Garasi adalah suatu bidang multi-disiplin; ia hanya bisa diwujudkan oleh campuran beragam bentuk seni, entah itu seni rupa, sastra, akting, gerak, dan musik. Sebagai suatu kolektif seniman, Teater Garasi juga hanya bisa terwujud oleh kehadiran berbagai subyek, baik seniman, peneliti, aktivis, maupun pekerja admistratif yang datang dari beragam disiplin seni dan sosial-budaya. Isu-isu yang selama ini diolah oleh Teater Garasi pun adalah isu yang dimiliki oleh pelaku, produser seni, maupun penonton dan warga kebanyakan, entah itu isu politik, sosial, dan budaya. Pola keterhubungan sosial dari situs teater juga terus berlanjut ketika Teater Garasi selalu meletakkan produksinya di ruang publik, suatu moda produksi yang membuat Teater Garasi selalu bekerja bersama-sama dengan organisasi dan unit kerja pendukung di luar dirinya.

Dari latar di atas, Teater Garasi menyadari pentingnya terus mendorong berbagai refleksi kritis baik atas posisi dan potensi Teater Garasi di medan kebudayaan Indonesia maupun atas kebutuhan-kebutuhan mendasar atas teater dan seni budaya di Indonesia pada umumnya.

Kumpulan ini berupa ragam tulisan mandiri para pengamat dan rekan-kerja teater, seni, dan kerja kebudayaan yang lebih luas yang secara umum berangkat dari dua titik tolak: pertama, melalui refleksi dan kritik umum dan khusus atas kerja-kerja yang sudah, sedang, atau yang seharusnya dikerjakan Teater Garasi. Titik tolak ini memungkinkan perbandingan antara beberapa kerja Teater Garasi yang membincang suatu topik khusus sebagaimana digambarkan di atas. Kedua, diskursus seni-budaya dan pandangan-pandangan khusus atas repertoar Teater Garasi tertentu, baik itu karya-kerja teater maupun kerja-kerja yang berupaya turut ambil bagian dalam mengembangkan infrastruktur seni pertunjukan di Indonesia.

Para penulis yang terhimpun dalam buku ini—berdasar urutan tulisan—adalah: Barbara Hatley (Teater dan Bangsa, Dulu dan Sekarang), Gunawan Maryanto (Repertoar Hujan; Sebuah Ingatan), Alia Swastika (Teater Garasi Dua Dasawarsa: Pandangan Politik Kaum Muda), Wicaksono Adi (Fragmen, Parade Bentuk, Referensi), Yudi Ahmad Tajudin (Kisah-Kisah Perayaan Bersama dalam Tubuh Ketiga), Afrizal Malna (Teater Garasi Setelah Biografi Seorang Penonton), Farah Wardani (Tubuh yang Keras Kepala. Antara Arsip & Repertoar: Menonton Kembali, Membaca Kembali Garasi), Nirwan Dewanto (Dua Belas Fragmen), Jennifer Lindsay (Ruang-Ruang Ketiga), Landung Simatupang (Teater Garasi, Sekelumit Catatan dari Keterlibatan Saya), Yoshi Fajar Kresno Murti (Menenun Sejarah Ruang. Membaca Teater Garasi Melalui Je.ja.l.an, Tubuh Ketiga dan Goyang Penasaran), Marco Kusumawijaya (Mempertunjukkan Kota), Intan Paramaditha (Goyang Penasaran: Catatan dan Perjalanan) dan Goenawan Mohamad (Catatan Kecil Tentang Teater). Dan buku ini secara khusus disunting oleh Nirwan Ahmad Arsuka.

Penerbitan buku ini didukung oleh Hivos. Judul “Bertukar Tangkap dengan Lepas” dipinjam dari puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dalam buku “Nyanyi Sunyi” (1937).

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *