Judul: Gerhana (kumpulan cerpen)
Pengarang: Muhammad Ali
Penerbit : Pustaka Utama Grafiti
Tahun penerbitan: 2008
Cetakan IV (edisi khusus)
Tebal buku: 164 halaman
Peresensi: Siti, Shella, Mustakim, Ridwan
“Kemelaratan dan dosa, kata orang, Cuma berjarak selangkah.” Tetapi, lewat kumpulan cerpennya, Muhammad Ali menjengkelitkan anggapan tersebut. Ia adalah seorang penulis yang tidak bisa menyembunyikan simpatinya terhadap masyarakat dari kalangan bawah. Penulis juga mantan Ketua Dewan Kesenian Surabaya (1976-1978), mencurahkan rasa simpatinya tersebut dalam buku kumpulan cerpen yang berjudul Gerhana. Terdapat 21 nbuah cerpen dalam kumpulan cerpennya tersebut. Kumpulan cerpen penulis kelahiran Surabaya, 23 april 1927, mengisahkan kehidupan orang-orang kecil.
Muhammad Ali, dengan bahasanya yang ringan namun tetap kaya akan unsur sastra, mampu menggugah para pembaca. Tidak hanya itu, Muhammad Ali yang bersekolah di MULO (tidak selesai) dan kursus di Keimin Bunka Shidoso, dapat menghadirkan cerita-cerita yang menarik dan menyenangkan. Sebut saja judul cerpen “Gerhana”.
Ceritanya mengenai Sali yang menanam papaya di pekarangan rumahnya. Suatu hari ia mendapati pohon papaya kesayangannya itu tergeletak tak bernyawa. Ada seseorang yang menebang pohon tersebut. Karena rasa sayangnya pada pohon yang telah di anggap anak, Sali pun begitu marah dan berusaha mencari pelaku yang menebang pohon tersebut. Langkah pertamanya adalah dengan melapor pada pak lurah. Namun pak lurah menganggap kasus tersebut terlalu ringan. Lalu Sali pergi ke kantor kecamatan. Di kantor camat,melaporkan peristiwa yang menimpanya kepada juru tulis muda tetapi mereka malah mengejek Sali secara halus. Hingga Sali memutuskan untuk melapor pak polisi. Namun, usahanya sia-sia Karena bukan bantuan yang di dapat, melainkan cemooh dan kemarahan pak polisi. Akhirnya Sali menyerah dan beranjak pulang kerumah. Setibnya di rumah, badanya sekonyong-konyong roboh dan tak sadarkan diri. Maka beberapa dukun kampung pun di datangkan untuk mengobati Sali. Tetapi pada akhirnya, Sali hanya diam terbujur kaku meninggalkan keluarganya. Dan ternyata orang yang menebang pohon tersebut adalah isrti Sali sendiri.
Cerpen berjudul Gerhana ini sungguh tidak terduga isi ceritanya. Cerpen ini sama sekali tidak menceritakan Gerhana sama sekali. Yang di ceritakan malah kisah Sali yang mencari penebang pohon pepayanya. Ini membuktikan bahwa Muhammad Ali selaku penulis memang pandai dan piawai dalam menulis cerpen. Simaklah salah satu kalimat yang terdapat dalam cerpen ini, “Sali mengerti pak lurah mulai meradang, kentara dari kedua matanya yang mulai memerah”. Maksud dari kalimat ini adalah pak lurah yang mulai marah, tetapi dengan gayanya yang khas, Muhammad Ali memainkan kata-kata untuk memperindah cerpen yang ia tulis.
Selain cerpen yang berjudul Gerhana, Muhammad Ali juga menulis beberapa cerpen ringan lainnya, diantaranya: kalung, kursi antic, kipas angin, dan si pukul tujuh. Cerpen dengan judul yang singkat dan terkesan ringan. Cerpen berjudul kalung menceritakan Ngalima yang akhirnya di panggil Burik setelah terkena cacar. Ia hidup dengan kemenakannya yang oerawan tua. Suatu hari, Burik membeli kalung dari uang hasil jerih payahnya. Tak di duga, kalung tersebut pun amblas di ambil coper keesokan harinya.
Lain lagi dengan cerpen berjudul Kursi Antik. Cerpen ini menceritakan seorang wanita yang ingin menjual kursi antik milik keluarganya. Wanita tersebut mengajak pemilik toko barang antik untuk melihat kursi antik yang ada di rumahnya. Akan tetapi, sang pemilik toko mengurungkan niatnya untuk membeli kursi tersebut setelah melihat keadaan keluarga wanita itu. Dan akhirnya pemilik toko meninggalkan kediaman wanita itu setelah sebelumnya memberikan sedikit uang.
Jika cerpen berjudul Kalung dan Kursi Antik menceritakan kehidupan sosial yang yang kental dengan kemiskinan, tak ubahnya cerpen berjudul Kipas Angin. Ceritanya mengenai seorang pelukis yang hidupnya tak menentu. Beberapa kali ia membeli barang-barang, namun tak berapa lama akan di jualnya kembali untuk kebutuhan untuk kebutuhan hidup keluarga. Namun suatu kali pelukis ini berhasil menjual lukisannya dan membeli sebuah kipas angin dari sebagian uang hasil penjualannya tersebut. Sang pelukis tersebut telah salah langkah membeli kipas angin, karena di rumahnya tak da listrik.
Si Pukul Tujuh, salah satu cerpen Muhammad Ali yang tertuang dalam buku ini, menceritakan seorang perempuan kecil yang setiap jam tujuh malam berdiri di depan toko “Atom”. Seorang laki-laki setiap malam selalu memperhatikannya. Bukan Karena rasa suka, namun pertanyaan yang muncul dalam benak laki-laki itu. Hingga laki-laki itu mengetahui pekerjaan yang di lakukan Si Pukul Tujuh, yaitu sebagai perempuan seks komersial.
Kelebihan Kumpulan cerpen, Gerhana memperlihatkan sosok penulisnya sebagai sastrawan yang terkenal memiliki kepekaan sosial dari ketajaman penanya, serta selera humor yang menjadi ciri khasnya, sehingga di dalam cerpen-cerpenya terdapat unsure jenaka. selain itu, ia dengan menggunakan bahasa daerah dalam cerpennya, dengan maksud untuk memberikan arti yang lebih mendalam pada cerpennya tersebut. Bahasa yang di gunakan juga mudah di mengerti. Maka tak heran jika karya-karyanya laku di pasaran.
Namun, kekurangan dari kumpulan cerpen Gerhana ini adalah cerita yang hanya mengisahkan kehidupan orang-orang kecil. Padahal, dengan gaya beliau yang khas, Muhammad Ali mampu mengisahkan kehidupan masyarakat atas dengan kemasan menarik. Tetapi penyelesainnya yang di sajikan di setiap cerpennya kurang memberika kesan yang mendalam bagi pembaca. Seharusnya, Muhammad Ali dapat mengemas akhir cerita dari setiap cerpenya dengan menarik.
Kesimpulan dari cerpen Gehana adalah kita bisa belajar untuk menjadi seorang yang mampu bekerja keras. Begitu pula kita bisa mengangkat kehidupan masyrakat di sekitar kita menjadikan cerpen yang bisa memberikan inspirasi bagi pembaca.