Habiba dan Pencuri (1)
habiba, kucuri senyum kecilmu
dari dalam keseronokan rumah
yang mengunci sejarah
dan mengemas dongeng sebelum tidur
saat itu
aku masih sering melucu
mengangankan pintu kan mengurungku
habiba, aku telah meraba jendela
saat kuhirup aroma bibir mempelai
yang mengingatkanku pada hujan
yang tak mungkin bisa ditahan
habiba, barangkali delik matamu
tepat menghunjam di jantung sufiku
tapi sempatkah kaukenal
sederhananya angan pencuri?
Habiba dan Pencuri (2)
kau mengingatkanku pada mimpi
yang urung kutafsirkan kemarin malam
begitulah, setiap kuselidik bibirmu
dengan lukisan tipis dari air ilmu
aku tergetar untuk memungut kembali
khasanah nafsu
yang pernah kusimpan di guci waktu
Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (1)
zaujati, inikah rumah kita?
dinding batu runtuh
meja tamu tak lagi utuh
inikah ranjang yang kemarin?
hilang tanda rindu berpagut
Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (2)
ayah
aku dihantui guruh batu
dan kabut debu
saat itu
aku merasakan hati ibu
ayah
ambilkan buku catatanku
di bawah reruntuh dinding dan pintu
saat itu
hadirmu sangat berarti bagiku
Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (3)
aku akan membangun rumah baru
kelak kautahu
rumah yang kaurobohkan dahulu
menyibak pondasi rindu
Perawan Lamin 1
–anna bell
mungkin kauherankan sugunku
ketika kumasuki lamin
dan kusaksikan engkau menari
menari
mengumpulkan mimpi
aku tertegun
pada peluh yang kausangkal
dapat meneguhkan syahwatku
dan sementara geliat tubuhmu
mengetuk-ngetuk lantai
aku tegak
dalam syahwat
dalam sugun
___
lamin: rumah panjang orang Dayak
Perawan Lamin 2
kupanggil saja kamu anna
tapi kamu memang manis
duduk di sisi lamin
menyorongkan manik-manik hati
aku terpedaya
tak kuasa menawar harga rindu
aduh
kupanggil saja kamu anna
kerana aku ingin melihatmu menari
mengepakkan lengan
menyibakkan kaki
aku silap
tak kuasa menjinjing angau
aduh
***