Samudra Puisi Amien Wangsitalaja (2)

Habiba dan Pencuri (1)

habiba, kucuri senyum kecilmu
dari dalam keseronokan rumah
yang mengunci sejarah
dan mengemas dongeng sebelum tidur
saat itu
aku masih sering melucu
mengangankan pintu kan mengurungku

habiba, aku telah meraba jendela
saat kuhirup aroma bibir mempelai
yang mengingatkanku pada hujan
yang tak mungkin bisa ditahan

habiba, barangkali delik matamu
tepat menghunjam di jantung sufiku
tapi sempatkah kaukenal
sederhananya angan pencuri?

Habiba dan Pencuri (2)

kau mengingatkanku pada mimpi
yang urung kutafsirkan kemarin malam

begitulah, setiap kuselidik bibirmu
dengan lukisan tipis dari air ilmu
aku tergetar untuk memungut kembali
khasanah nafsu
yang pernah kusimpan di guci waktu

Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (1)

zaujati, inikah rumah kita?
dinding batu runtuh
meja tamu tak lagi utuh

inikah ranjang yang kemarin?
hilang tanda rindu berpagut

Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (2)

ayah
aku dihantui guruh batu
dan kabut debu

saat itu
aku merasakan hati ibu

ayah
ambilkan buku catatanku
di bawah reruntuh dinding dan pintu

saat itu
hadirmu sangat berarti bagiku

Sketsa Gempa Sketsa Keluarga (3)

aku akan membangun rumah baru
kelak kautahu
rumah yang kaurobohkan dahulu
menyibak pondasi rindu

Perawan Lamin 1
–anna bell

mungkin kauherankan sugunku
ketika kumasuki lamin
dan kusaksikan engkau menari
menari
mengumpulkan mimpi

aku tertegun
pada peluh yang kausangkal
dapat meneguhkan syahwatku

dan sementara geliat tubuhmu
mengetuk-ngetuk lantai
aku tegak
dalam syahwat
dalam sugun

___
lamin: rumah panjang orang Dayak

Perawan Lamin 2

kupanggil saja kamu anna
tapi kamu memang manis
duduk di sisi lamin
menyorongkan manik-manik hati

aku terpedaya
tak kuasa menawar harga rindu
aduh

kupanggil saja kamu anna
kerana aku ingin melihatmu menari
mengepakkan lengan
menyibakkan kaki

aku silap
tak kuasa menjinjing angau
aduh

***

Leave a Reply

Bahasa ยป