Dapur Sastra Jakarta, Remmy Novaris DM, dan Enam Puluh

Pengantar kumpulan puisi “Sebutir Garam di Secangkir Air”
60 puisi karya penyair Dapur Sastra Jakarta

Riri Satria *

Ide penulisan buku kumpulan puisi ini sebenarnya adalah untuk memperingati ulang tahun ke-60 pendiri Dapur Sastra Jakarta, Bang Remmy Novaris DM, tanggal 5 November 2018. Tanggal ini juga diperingati sebagai ulang tahun Dapur Sastra Jakarta.

Dengan demikian, tanggal 5 November 2018 diperingati sebagai hari ulang tahun Bang Remmy ke-60, sekaligus ulang tahun Dapur Sastra Jakarta ke-7.

Angka 60 ternyata memiliki banyak makna. Jika kita buka literatur tentang numerologi (affinity numerology), maka kita mendapatkan angka 60 bermakna keluarga (family), rumah (home), harmoni (harmony), idealism (idealism), penyembuhan (healing), serta pengasuhan (nurturing).

Dalam matematika, angka 60 sangat terkait dengan bilangan prima walaupun dirinya sendiri bukanlah bilangan prima. Angka 60 dibentuk oleh dua bilangan prima yaitu 29 + 31. Angka 60 juga dibentuk oleh empat bilangan prima berurutan yaitu 11 + 13 + 17 + 19.

Angka 60 diapit oleh dua bilangan prima yaitu 59 dan 61. Ini melambangkan bahwa 60 itu dibentuk dan dikawal oleh bilangan prima yaitu bilangan non-komposit alias bilangan yang tidak bisa diuraikan lagi sehingga kokoh dan kuat.

Angka 60 juga mewakili perjalanan semesta atau waktu. Satu menit setara dengan 60 detik, dan satu jam setara dengan 60 menit. Mengapa angka 60 yang dipergunakan? Karena 60 adalah angka yang paling tepat atau “sempurna” untuk menjelaskan ukuran-ukuran waktu tersebut. Berarti ada yang istimewa dengan angka 60.

Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Dapur Sastra Jakarta adalah rumah sekaligus keluarga buat para anggotanya untuk penyalurkan idealisme dalam berkarya sastra. Dengan berkarya sastra, diharapkan kita mencapai keharmonisan alam semesta dalam pikiran dan ruh, serta menyembuhkan berbagai hal dalam kehidupan.

Dapur Sastra Jakarta juga tempat untuk tumbuh kembang bersama para anggotanya, saling asah, asuh, dan asih, untuk meningkatkan kemampuan berkarya lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Dapur Sastra Jakarta dibangun oleh para anggotanya yang memiliki semangat dan kekokohan dalam berkarya. Semuanya ini melambangkan makna dari angka 60.

Sementara itu dalam perjalanan hidup manusia, usia 60 melambangkan kematangan, di mana seseorang tidak lagi memikirkan hal-hal yang duniawi, mengabdikan hidupnya untuk menebar kebaikan, serta membina generasi yang lebih muda.

Demikian pula dengan sosok pendiri Dapur Sastra Jakarta, Bang Remmy, yang pertama kali saya kenal pada bulan Maret tahun 2013. Di balik penampilannya yang bersahaja, tersimpan rekam jejak yang sangat panjang pada dunia sastra di Indonesia. Dia adalah seorang sastrawan yang banyak menulis puisi, cerpen, esei, kritik, dan skenario. Tulisan-tulisannya pernah dipublikasikan di media cetak dan eletronik.

Kiprah kepenyairannya sudah dimulai sejak tahun 1976 sewaktu masih siswa SMA ikut Dapur Sastra Bulungan. Sebelas tahun kemudian, tahun 1987 diundang pada Penyair Muda di Depan Forum Dewan Kesenian Jakarta. Pada awal 1980-an pernah aktif di Bengkel Sastra Ibukota.

Sejak remaja Bang Remmy sudah aktif menulis di berbagai media ibu kota dan daerah. Sejumlah cerpennya pernah dimuat majalah Gadis, majalah Sarinah, majalah Anita Cemerlang, majalah Hai, koran Tribun Olah Raga, koran Jawa Pos, koran Media Indonesia, koran Sinar Harapan, dan lain-lain, serta pernah menjadi pemenang penulisan puisi pada Ulang Tahun Sinar Harapan ke-12.

Pada tahun 1996, Bang Remmy ditunjuk oleh Dewan Kesenian Jakarta sebagai koordinator pelaksana serta kurator yang memilih 90-an penyair dari seluruh daerah di Indonesia untuk Pertemuan Sastra Mimbar Penyair Abad 21 di Jakarta.

Saya pernah mengatakan kepada Bang Remmy, “Jika seorang Remmy mampu menulis sastra dengan baik, tentu sudah biasa, bukan lagi hal yang menakjubkan. Tetapi jika seorang Remmy mampu mendidik generasi yang lebih muda sahingga mampu menulis sastra lebih baik daripada dirinya, maka ini sangat mengagumkan”. Saya kira, inilah yang ingin diwujudkan oleh Bang Remmy melalui Dapur Sastra Jakarta.

Ini jugalah yang membuat saya merasa satu visi dengan Bang Remmy dan membuat saya merasa memiliki chemistry yang sama dengan Bang Remmy dan ikut serta mengelola Dapur Sastra Jakarta membantu Bang Remmy dan para penulis senior lainnya seperti Bang Adek Alwi, Mbak Nunung, Pak Irawan, Ncang Salimi, dan Pak Sunu. Suatu kehormatan buat saya bisa bekerjasama dengan mereka.

Tidak berlebihan juga jika saya mengatakan bahwa Bang Remmy juga guru saya dalam hal sastra terutama puisi. Saya dan Bang Remmy banyak berbincang tentang filsafat sastra, dunia perpuisian, bahkan sampai politik sastra.

Bang Remmy adalah orang yang berperan untuk “memprovokasi” saya untuk “berani” menulis dengan menggunakan nama asli Riri Satria pada tahun 2013. Sebelumnya saya tidak percaya diri, dan selalu menulis puisi menggunakan nama pena.

Bang Remmy pernah mengatakan kepada saya bahwa dengan kekayaan disiplin ilmu lainnya, semua istilah yang ada bisa memperkaya puisi. Jadi puisi tidak hanya persoalan daun, pantai dan lautan, bulan dan matahari, tapi juga garis-garis linier dan horisontal dalam grafik, prosentase dan lainnya, kondisi sesial ekonomi, relativitas fisika, dan sebagainya. Bahkan banyak penyair yang berhasil karena memiliki kemampuan eksakta yang kuat. Menarik bukan?

Satu lagi, Bang Remmy juga mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia terkini, yaitu dunia digital, dunia internet, sehingga Bang Remmy tidak terjebak dalam dikotomi sastra koran atau sastra internet. Buat Bang Remmy, dunia digital atau internet adalah sutu keniscayaan yang harus diterima, tidak lagi diperdebatkan, melainkan kita harus mencari jalan terbaik untuk memanfaatkannya secara optimal.

Selamat ulang tahun ke-60 Bang Remmy Novaris DM, sehat selalu, terus berkarya, dan tetap membimbing generasi yang lebih muda dalam dunia sastra. Semoga angka 60 tersebut juga masuk ke dalam roh Dapur Sastra Jakarta sehingga tetap menjadi tenpat berkarya yang menyenangkan, penuh kekeluargaan, tenpat menyalurkan idealisme, dan memberi pengaruh atau kontribusi kepada dunia sastra Indonesia.

Salam kreatif.

*) Konsultan, dosen, peneliti, penulis puisi, tinggal di Bogor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *