SAJAK DIAM
(geram dari hari ke hari)
wahai, beri daku kekuatan menjaga sabar
agar tak hilang jernih pikiran
hingga membabi buta
belenggu itu kini masih terlalu kaku
untuk dipatahkan
wahai, beri daku keberanian menjaga sungai
menampung segala fakta dan peristiwa
dan menyampaikan
pada samudra kebenaran
lantaran zaman semakin awur-awuran
keserakahan, penindasan, saling memangsa
dan mencerca adalah soal sehari-hari dan biasa
wahai, beri daku ketabahan mengikuti
kata hati, membaca langit dan tanda
yang kau tinggalkan
mengaca pada setiap luka
wahai, beri daku kesabaran menjaga diam
agar tak menjelma dendam
mengapi, menggeram, membakar, memusnah segala
wahai, jagalah geramku ini
biar tak menjelma luka menganga!
semarang, 1990.
IBU
bsp
Kubayangkan di sana
Doa dan senyummu selalu terkirim kepadaku,
Bocah bengal yang sebentar lagi bercucu.
Kulangitkan wirid
Semoga akhirat tidak membuatmu bosan.
Di pusaramu tertulis
Wanita biasa yang mencintai anak-anaknya.
Al fatikah.
Seandainya kau masih hidup,
hari ini adalah ulang tahunmu ke-80 Tjan Lui Nio, ibuku.
Semarang, 5 Agustus 2021
TELANJANG
Di Kalikuping di sela daun bambu tak berangin
Bulan nyaris bundar.
Di air kali hitam kuhanyutkan dosa
Dan kesedihan.
Sebotol amer sahabat sejati.
Semarang, 26 Juli 2021
NEGARA SIRKUS
Sukses melatih kutu rumus astrofisika, gajah terbang dan beo menari sufi,
Negara melatih rakyatnya.
Sehari makan, sehari puasa. Lewati padang api, tangga pedang, rajah tato di dada bunyinya Pancasila, belah otak hingga tersisa setengah kewarasan.
Kami semakin mahir bunuh diri, mati 50 ribu kali sehari, memakan usus sendiri, mengumpat komunisme, sembah Charles Darwin.
Semarang, 25 Juli 2021
KAYU BAKAR
Hari-hari yang jumpalitan bersama rasa lapar
Diam-diam menjadi kayu bakar.
Kasak-kusuk di pojok jalan
Bisik-bisik menyebut nama setan.
Lampu-lampu padam di malam hari
Segelap tidur tanpa mimpi.
Sepertinya wajah harus dicoreng dengan warna perang
Sepertinya harus diasah itu parang.
Tunggulah isyarat dari langit
Bila titir dibunyikan
Sulutlah sumbu-sumbu
Siramkan minyak
Ke tubuh yang menjadi kayu bakar.
Semarang, 15 Juli 2021
TENTANG SORE
(1)
Ambulance seliweran
Kawan-kawan berguguran
Mautpun gentar sempoyongan.
(2)
Segelas bir
Binar mata gelak kawan-kawanku
Cukupkan soreku.
(3)
Kusapa senja tanpa beban
Biarlah kusambut takdir
Mengalir dengan dada samudra
Menerima segala.
Semarang, 23 Juni 2021
CHING BING
104 hari setelah sembahyang musim dingin
Portal dua dimensi terbuka
Dewa Bumi membuka gerbang
Para leluhur melambaikan tangan.
Kita yang hidup siapkan altar
Secawan teh arak
Lauk pauk buah
Ingkung ayam bandeng
Kepala babi
Pisang apel anggur
Dan tebu
Juga moho dan aneka bolu.
Dua hio dinyalakan
Satu buat yang hidup
Satu buat yang mati.
Pendeta di vihara
Nyalakan lima dupa
Cinta kasih
Benar
Susila
Bijak
Dan terpercaya.
Kini Ching Bing tak cuma setahun sekali
Kita rayakan
Tiap hari portal terbuka
Penegas akhirnya semua
Bakal ke sana
Jalan bakti juga cinta.
Smg, 16 Juni 2021
LEWAT (kepada Asoeharto, HBD fuck you)
17 rakaat dan setelahnya tiada
Suara tifa buluh bambu
Tak ada yang dipertanyakan
Juga cintaku yang tak bersyarat.
Hidup memang singkat
Hiruplah selagi dapat.
Ini juga telah sampai
Ke musim penghabisan
Ketika semua dihisab
Dan kita tak punya apa-apa
Selain Cinta yang khianat.
Semarang, 8 juni 2021.
NOL KILOMETER
tak ada rindu di tikung baru
sunan kuning dan gambilangu
hanya cinta palsu
ranjang bermata jalang
di balik kelambu ungu pudar
kami bercumbu dengan liar
bersama coro bau congyang
tikus got kedinginan
kami berenang di kegelapan
mengaca di comberan
kami bertahan di gubuk-gubuk
gunungan sampah
dengarkan bathin gelisah
rawa-rawa berubah
di atasnya berdiri rumah-rumah mewah
kemiskinan dan kebodohan
mengapung, seperti air laut mengepung
dari segala penjuru
karena cuaca selalu kelam
kami memilih jalan malam
jalan satu jurusan
tanpa arah untuk pulang.
Semarang/…