Muhammad Yasir
Jika Roque Dalton, Penyair dari El Savador, Amerika Tengah, dianiaya dan dipenjarakan selama tiga kali pengasingannya di Kuba, Chekoslovakia, dan Meksiko, sebagai konsekuensi aktivitas “kiri”-nya dalam Sastra Amerika Tengah, di Papua Barat memiliki Victor Yiemo, Juru Bicara Internasional Komite Nasional Papua Barat dijadikan “kambing hitam” oleh kolonialisme Indonesia dengan tuduhan separatis.
Hampir semua media nasional dan Barat mengambil keuntungan dari Victor Yeimo yang telah ditetapkan sebagai Tahanan Politik (Tapol) tanpa perlu repot-repot membingkai Yang Benar dari apa yang diperjuangkan Victor. Semua mengatakan bahwa dia sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit, tetapi tidak satu pun perhatian tertuju pada apa dan mengapa Victor Yiemo sebelum atau sesudah ditangkap?
“Indonesia tidak suka orang Papua berjuang terbuka, damai dan bermartabat. Indonesia hanya mau memelihara kekerasan di atas tanah Papua!” Kata Victor.
Pada akhirnya, pada tahun 1975 El Savadorlah yang menyerahkan Roque Dalton ke tangan orang-orang terbaik dalam lingkaran Marti – orang-orang satu organisasi dengan Dalton – untuk menghilangkannya dari Amerika Tengah selamanya, membunuhnya dengan tuduhan “Pengkhianat” yang tidak bisa mereka buktikan.
“Kami masih belum tahu di mana jenazahnya. Jadi, bagi saya, untuk keluarga saya dan untuk teman-teman terdekat ayah saya, ini sangat menyakitkan karena ini belum berakhir. Ayah saya tidak dalam damai dan kami juga tidak!” Kata Jorge, putra bungsu Roque Dalton.
Sementara di seantero Papua Barat, Indonesia telah menyebar ribuan serdadu nasional dan Amerika Serikat untuk mengintimidasi dan membunuh Orang Papua bukan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang digaungkan, tetapi kapitalisme ekstraktif milik Amerika Serikat dan jenderal serdadu Indonesia.
Surabaya, 2021
2 Replies to “Cikal Bakal #3”