Sastra dan Negara: Pengalaman Tasikmalaya

Acep Zamzam Noor *
Makalah KIK HISKI XX 2009, Bandung, 5-7 Agu 2009

LAHIRNYA Indonesia sebagai bangsa tak bisa dilepaskan dari karya sastra, khususnya puisi. Pada tanggal 28 Oktober 1928 sejumlah anak muda yang mempunyai naluri kepenyairan berkumpul dan secara kolektif berimajinasi tentang sebuah bangsa. Secara kolektif pula mereka menulis sebuah puisi yang indah, yang sekarang kita kenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Sebuah puisi yang mengimajinasikan sesuatu yang waktu itu belum ada, bahkan mungkin belum terbayangkan di pikiran banyak orang: bangsa, tanah air dan bahasa. Continue reading “Sastra dan Negara: Pengalaman Tasikmalaya”

SASTRA DAN KOMUNITAS SANTRI

Acep Zamzam Noor

SEBAGAI sebuah sub-kultur posisi pesantren memang unik. Pesantren mempunyai sistem kehidupannya tersendiri yang dijalankan secara ketat baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar. Pesantren juga mempunyai hirarki khusus yang berbeda dan berada di luar hirarki formal kekuasaan. Hal ini nampak dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya meski tentu saja tidak berarti bahwa pesantren berdiri terpisah atau lepas sama sekali dari ikatan-ikatan umum dengan masyarakat luas. Bahkan dalam banyak hal pesantren tetap mempunyai banyak pertautan dengan kehidupan masyarakat luas di sekitarnya itu, hingga antara pesantren dan masyarakat sekitar mempunyai hubungan timbal balik. Continue reading “SASTRA DAN KOMUNITAS SANTRI”

Acep Zamzam Noor “Mengunjungi Puisi Perjalanan”

Idayati
journalbali.com

Menghadirkan penyair Acep Zamzam Noor, Bentara Budaya Bali (BBB) menggelar Sandyakala Sastra edisi 22 “Mengunjungi Puisi Perjalanan”, Selasa (29/5). Bertempat di Jln. Prof. Ida Bagus Mantra 88A Ketewel, dialog kali ini membincangkan hal-hal terkini dalam susastra tanah air, serta bagaimana catatan perjalanan dan pengalaman menjejaki tempat-tempat tertentu dapat menjadi inspirasi lahirnya sebuah puisi yang unggul. Continue reading “Acep Zamzam Noor “Mengunjungi Puisi Perjalanan””

Bahasa »