Kompas, 18 Mei 2019
Cahaya Pagi
1
Di daun talas
Pagi seperti embun
Bergulir pelan Continue reading “Puisi-Puisi Acep Zamzam Noor”
Kompas, 18 Mei 2019
Cahaya Pagi
1
Di daun talas
Pagi seperti embun
Bergulir pelan Continue reading “Puisi-Puisi Acep Zamzam Noor”
Acep Zamzam Noor
SEBAGAI sebuah sub-kultur posisi pesantren memang unik. Pesantren mempunyai sistem kehidupannya tersendiri yang dijalankan secara ketat baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar. Pesantren juga mempunyai hirarki khusus yang berbeda dan berada di luar hirarki formal kekuasaan. Hal ini nampak dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya meski tentu saja tidak berarti bahwa pesantren berdiri terpisah atau lepas sama sekali dari ikatan-ikatan umum dengan masyarakat luas. Bahkan dalam banyak hal pesantren tetap mempunyai banyak pertautan dengan kehidupan masyarakat luas di sekitarnya itu, hingga antara pesantren dan masyarakat sekitar mempunyai hubungan timbal balik. Continue reading “SASTRA DAN KOMUNITAS SANTRI”
Idayati
http://www.journalbali.com
Menghadirkan penyair Acep Zamzam Noor, Bentara Budaya Bali (BBB) menggelar Sandyakala Sastra edisi 22 “Mengunjungi Puisi Perjalanan”, Selasa (29/5). Bertempat di Jln. Prof. Ida Bagus Mantra 88A Ketewel, dialog kali ini membincangkan hal-hal terkini dalam susastra tanah air, serta bagaimana catatan perjalanan dan pengalaman menjejaki tempat-tempat tertentu dapat menjadi inspirasi lahirnya sebuah puisi yang unggul. Continue reading “Acep Zamzam Noor “Mengunjungi Puisi Perjalanan””
Pungkit Wijaya
http://poongkeetwijaya.wordpress.com
Sastra sufi identik dengan perenungan diri terhadap sang Ilahi, yang dibahasakan dengan bahasa Cinta. Cinta ini mematuhi Tuhan; Membenci sikap yang melawan Tuhan; berserah diri pada Tuhan; dan menjauhi segala kecenderungan yang melalaikan kita terhadap Nya, karena bersumber pada realitas kehidupan yang tidak dapat dijelaskan melalui pemahaman logis rasional dan tak dapat diserap panca indra, Continue reading “Sufisme Dalam Puisi Acep Zamzam Noor”
Soni Farid Maulana
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2009
TASIKMALAYA adalah kota yang tengah berubah. Kota yang semula tenang dari denyut kehidupan sosial-politik dan budaya itu, kini denyarnya sampai ke mana-mana. Denyut itu paling tidak dalam konteks tersebut digerakkan penyair Acep Zamzam Noor lewat gerakan Partai Nurul Sembako (PNS) yang dengan keberaniannya sering mengkritisi kehidupan sosial-politik, maupun jalannya pemerintahan di Kota Tasikmalaya dengan memasang berbagai spanduk yang kata-katanya sering panas dibaca orang. Continue reading “Acep Zamzam Noor dan Tasikmalaya”