Parousia

Agus Noor
Kompas, 23 Des 2007

Pada malam Natal tahun 3026, aku terlahir kembali ke dunia ini sebagai seekor ular. Aku keluar dari cangkang kesunyianku. Mendesis pelan dan muncul lewat gorong-gorong. Kusaksikan cahaya terang kota yang gemerlapan. Tak ada bintang, dan langit hanya basah. Di kulitku yang licin, udara terasa seperti permukaan piring keramik yang dingin. Sayup kudengar gemerincing lonceng mekanik Jingle Bells mengalun dari juke box di etalase hypermarket, seperti rintihan kesepian. Continue reading “Parousia”

Enam Cerita karya Agus Noor

Koran Tempo, 23 Feb 2014

SENJA DI MATA YANG BUTA

BILA ada yang menceritakan padamu senja terindah yang pernah dilihatnya, dengan langit yang selalu kemerahan, dia pasti belum datang ke tempat kami. Senja terindah hanya ada di sini. Senja yang kuning keemasan, seolah madu lembut dan bening yang ditumpahkan ke langit hingga segala yang mengapung di permukaan air menjadi tampak kuning berkilauan. Senja yang tak hanya bening, tapi begitu hening. Selembar daun yang jatuh tak akan mengusik keheningannya. Angin sejuk selalu membiarkan daun-daun kelapa setenang bayang-bayang. Continue reading “Enam Cerita karya Agus Noor”

Kenangan Agus Noor dalam “Kunang-kunang di Langit Jakarta”

Dessy Wahyuni *
Riau Pos, 24 Nov 2013

WATAK sastra selalu terbuka terhadap tafsir. Tidak pernah ada tafsir tunggal. Setiap pembaca memiliki argumentasi yang berangkat dari latar belakang pengetahuan, pemahaman, serta apresiasi yang berbeda-beda. Sastra selalu membuka diri terhadap kemungkinan tafsir, karena justru di situlah keindahan itu bekerja. Hal itu menjadi sensasi keindahan yang bergerak, menelusup ke dalam sanubari masing-masing orang yang mendekatinya. Continue reading “Kenangan Agus Noor dalam “Kunang-kunang di Langit Jakarta””

Drama Musikal: Menonton Penonton Onrop!

Agus Noor
Kompas, 28 Nov 2010

HARAPAN, gairah, dan kerinduan itu terasa selama sembilan hari pertunjukan Onrop! yang berlangsung 13-21 November lalu, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Berada di antara para penonton, kita bisa ikut merasakan kegembiraan mereka, yang ikut bertepuk, menyanyi, dan tertawa, sepanjang pertunjukan drama musikal yang disutradarai Joko Anwar itu. Inilah tontonan, yang terasa pas dengan para sosialita dan kelas menengah Jakarta, yang merindukan ”hiburan alternatif”, di luar film dan konser musik yang berlimpah. Continue reading “Drama Musikal: Menonton Penonton Onrop!”

Cerpen-cerpen Terbaik “Kompas”

Agus Noor *
manuskripdody.blogspot.com

Tradisi pemilihan cerpen terbaik Kompas yang sudah berlangsung sejak 1992 telah menghasilkan 15 cerpen terbaik, mulai dari Kado Istimewa (Jujur Prananto) hingga Cinta di Atas Perahu Cadik (Seno Gumira Ajidarma). Hingga tahun 2004, pemilihan cerpen terbaik itu dilakukan oleh ”orang dalam Kompas”, yakni para redaktur yang dianggap punya kompetensi dengan dunia sastra. Continue reading “Cerpen-cerpen Terbaik “Kompas””

Bahasa »