Lokalitas, Mutilasi Budaya, dan Multikultural

Beni Setia *
Lampung Post, 18 Nov 2012

YANG tersisa dari gaung seminar Wong Jawa Ilang Jawane (Balai Budaya Sudjamiko, Solo, 14-6-2009) itu asumsi dasar dari diskusi. Siapa (orang) Jawa dan apa fenomena kejawaan yang hilang.

INI sekaligus mengingatkan penulis ke satu obrolan di depan Aula Graha Sanusi Hardjadinata (Unpad, Bandung, 21-2-2009) saat peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day). Pas ada teman yang menunjukkan draf kumpulan puisi Sunda, yang akan diterbitkan, dan meminta agar dibuatkan semacam kata pengantar. Continue reading “Lokalitas, Mutilasi Budaya, dan Multikultural”

Polemik yang Tak Aplikatif

Beni Setia
Lampung Post, 5 Sep 2010

KHASANAH sastra Indonesia penuh pertentangan biner yang tidak ada putusnya. Dari polemik kebudayaan dengan pilihan mem-Barat atau mereaktualisasi Timur. Lantas yang mendunia dengan yang menggali kekayaan lokal.

Terjadi clash antara sastra realisme sosial versus sastra agamawi dan humanisme universal. Keperkasaan liris menghasilkan penentangan berwujud Pengadilan Puisi di Bandung, di Surabaya almarhum Muhamad Ali mengeluhkan dominasi c.q. esei Izinkan Saya Bicara pada dekade 1970-an. Lantas lahir sastra sufi eskapistik dan sastra kritik sosial. Lalu muncul gerakan RSP dan BP. Continue reading “Polemik yang Tak Aplikatif”

Menerabas dengan Belenggu

Beni Setia *
Riau Pos, 7 Agu 2016

PADA ”Mencari dan Menemukan Diri” (Kata Pengantar di Ladang Pembantaian, Lamongan: Pagan Press, 2015), Eko Darmoko mencatat: Samuel Beckett, penulis puisi, cerpen, novel, dan esai bosan dengan eksistensi kebebasan menulis, ketiadaan acuan yang menyebabkan leluasa menulis apa saja di dalam genre yang disukai. Ia sedang kehilangan gairah menulis, karena itu mencari tantangan dengan menulis naskah drama–tulisan yang dibatasi kepastian karakter, dialog tajam, fokus serta kuat menghadirkan inti konflik dari cerita, dan situasi pembatas dari kemungkinan pementasan. Continue reading “Menerabas dengan Belenggu”

Teks Suroboyoan

Beni Setia
Kompas, 9 Nov 2012

Catatan Rainy MP Hutabarat, ”Koaya Roaya” (Kompas, 7/9/2012), jernih menandai dua gejala berbahasa. Pertama, masuknya sisipan u di suku kata awal satu kata, yang secara lisan menandakan ada peningkatan level kuantitas serta kualitas makna (kata) awal. Continue reading “Teks Suroboyoan”

Bahasa »