Arisan Sastra, Sebuah Oase Budaya di Trenggalek

Bonari Nabonenar
Radar Surabaya, 18 April 2011

Ketika 3 atau 4 orang (saja) mengadakan pertemuan rutin dan mendiskusikan sesuatu hal secara intensif, sebuah oase budaya dapat terbangun dan berkembang menjadi besar, atau setidaknya menghasilkan sesuatu yang besar, dan menggelembung melampaui batas-batas wilayah geografis mereka, seperti yang dilakukan Socrates dan kawan-kawan (Socrates Café) atau Derrida dan kawan-kawan. Continue reading “Arisan Sastra, Sebuah Oase Budaya di Trenggalek”

KSJ Tidak Menandingi KBJ

Bonari Nabonenar*
http://www.jawapos.com/

Tulisan ini akan lebih bersifat klarifikasi dalam konteks pertentangan yang dikesankan antara Kongres Sastra Jawa (KSJ) dan Kongres Bahasa Jawa (KSJ) sekaligus menggarisbawahi salah satu usul Kepala Balai Bahasa Jogjakarta Tirto Suwondo dalam tulisannya bertajuk Kongres Bahasa Jawa V (Jawa Pos, Minggu, 21 Maret 2010). Continue reading “KSJ Tidak Menandingi KBJ”

Ketika Budayanya Digempur Habis-habisan di Mana Sastrawan Jawa?

Siti Aminah, Bonari Nabonenar*
http://www.surabayapost.co.id/

Seperti halnya data kependudukan umumnya, tidak ada data pasti mengenai jumlah orang Jawa saat ini. Namun, beberapa sumber menyebut 40% – 45% penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 235 juta ini adalah etnis Jawa. Sebagian besar dari mereka tinggal di pedesaan dan menjadikan pertanian sebagai tumpuan hidup utama.

Tidak berbeda dengan sektor lain, sektor pertanian juga tak lepas dari agenda ekonomi-politik global. Revolusi Hijau merupakan sebuah contoh bagaimana mesin ekonomi-politik globabal menggilas pertanian di Indonesia, termasuk Jawa. Continue reading “Ketika Budayanya Digempur Habis-habisan di Mana Sastrawan Jawa?”