Sastrawan Itu Unik

Damiri Mahmud
Analisa, 7 Agu 2011

Nada panggil ponsel saya malam menjelang Isya itu saya biarkan berlalu berulang. Saya pernah berkali-kali menjawab panggilan dari nomor yang tidak saya program dan selalu menerima kekecewaan, “Maaf, salah sambung…” jawab saya terbata-bata, ketika yang memanggil di seberang sana langsung menerpa karena menganggap sudah kenal. Continue reading “Sastrawan Itu Unik”

Di Manakah Rumah Chairil Anwar di Medan

Damiri Mahmud *
Kompas, 26 Juli 2009

Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Masa kecilnya sehingga dia dewasa dihabiskannya di Medan. Baru pada tahun 1941, atau menurut Keith Foulcher malah tahun 1942, dia pindah ke Jakarta mengikuti ibunya, Saleha, karena berpisah dengan ayahnya, Toeloes, seorang pamong praja Belanda. Ini berarti sebagian besar masa hidupnya dihabiskan Chairil di Medan. Continue reading “Di Manakah Rumah Chairil Anwar di Medan”

Sajak-sajak Taubat Chairul Anwar dan Damiri Mahmud

Nedvatuhella *
Analisadaily, 27/7/2014

PADA 26 Juli merupakan ha­ri lahir penyair Chairul Anwar. Chairul lahir tahun 1922, di Medan dan meninggal dunia di Jakarta pada 28 April 1949 dalam usia sangat muda, 27 tahun. Chairul me­rupakan tokoh pelopor sastra­wan Angkatan ‘45.

Sajak-sajak Chairul banyak yang dihafal oleh siswa-siswa di tahun ‘70-80-an. Sajak-sajak yang terkenal antara lain: Kara­wang Bekasi, Senja di Pelabuhan Kecil, Diponegoro, Aku, dan Doa (Sajak-sajak cintanya banyak di­hafal dan dipuji oleh kalangan sas­trawan sebagai sajak yang me­nyentuh perasaan terdalam pa­ra sastrawan). Continue reading “Sajak-sajak Taubat Chairul Anwar dan Damiri Mahmud”

Sastrawan Batubara yang Terlupakan

Damiri Mahmud
Harian Analisa, 4 Nov 2012

Para seniman dan budayawan Kabupaten Batubara sangat terkesan mengingat kembali bahwa di daerah mereka Kabupaten Batubara yang dimekarkan dari Kabupaten Asahan pernah eksis seniman dan sastrawan besar yang selama ini seperti terlupakan. Seperti yang saya kemukakan dalam “Dialog Kebudayaan” yang digelar oleh Kadis Kebudayaan dan Pariwisata bertempat di Balai Resto baru-baru ini, para seniman dan sastrawan dari sini telah mengukir pena mereka dalam mengisi khazanah sastra Indonesia Modern. Continue reading “Sastrawan Batubara yang Terlupakan”

Bersastra dari Rumah ke Rumah

J Anto

SEORANG Penyair, cerpenis juga novelis senior Sumut, Damiri Mahmud pernah merasakan kesunyian hati saat tak diajak ngopi. Saat itu ia masih berstatus penyair pemula. Sastrawan senior pada zamannya bisa dibilang angker. Pada 1970-an ia pernah bertandang ke harian Analisa, bertemu sejumlah sastrawan senior. Di tangga gedung, saat mau ngopi, mereka berlalu begitu saja. Tak ada yang menawari ikut. Tapi ia mengaku tak sakit hati. Continue reading “Bersastra dari Rumah ke Rumah”

Bahasa »