Fathor Rasyid*
http://pawonsastra.blogspot.com/
Hari ini adalah hari kemarin. Hari esok, mungkin hari yang saat ini ia jalani. Tak ada senyum mengambang di bibirnya. Cita-cita, harapan, dan keinginan mungkin hanya sebatas mimpi yang entah di mana harus ia tambatkan.
Seperti hari-hari kemarin, mendung di wajah Samen masih belum memudar. Matanya yang letih jauh menatap ke depan, ke sebuah gubuk yang tak pernah menaburkan senyum. Ia biarkan angin pantai mengibas-ngibaskan baju rombengnya. Sementara terik matahari menjilati kulitnya yang gelap kecoklatan. Continue reading “Menjaring Mimpi di Tengah Laut”