Humanisme dalam Cerpen Katastrofa

Rika Wijayanti

Saat membaca cerpen Kompas edisi 20 September 2015, judul adalah hal pertama yang tampak dalam penglihatan kita. Katastrofa? Kata asing ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan asumsi perihal isi cerpen tersebut. Baiklah, mari kita tengok pada kamus. Menurut KBBI, katastrofe adalah penyelesaian (akhir) suatu drama, terutama drama klasik yang bersifat tragedi. Continue reading “Humanisme dalam Cerpen Katastrofa”

Topeng Satpol PP

Han Gagas
http://www.seputar-indonesia.com/

“Sekali lagi, patuhilah peraturan. Segera pindah ke pasar baru. Tempat ini sudah tidak sesuai lagi untuk kemajuan kota. Lagipula sampah di sini merusak pemandangan. Ini peringatan terakhir. Jangan membuat jengkel petugas. Jangan sampai petugas terpaksa menggunakan kekerasan!” Continue reading “Topeng Satpol PP”

Redi Kelud

Han Gagas
http://cerpenkompas.wordpress.com/

Aku lahir di tengah keluarga yang berbeda. Bapakku tunawicara, ibuku suwung kalau kambuh jadi begitu menakutkan. Marno, kakak pertama, suka berendam seharian. Kalau dilarang berendam, paling tidak ia mandi empat kali sehari, pukul 8, 11, 2, dan 4.

Kakak kedua, Basoko, kepalanya selalu meleng ke kiri, tak mau memandang jika diajak bicara. Ia hanya mau bersitatap denganku bila aku menanyakan sedang apa ia dengan bulpennya itu. Ia senang mencoret-coret bukunya mirip gambar, mirip angka, mirip tulisan, atau tak mirip apa pun. Continue reading “Redi Kelud”

Wingit dan Jarjit

Han Gagas *

Wingit menguliti bangkai anjing itu. Gerombolan belatung ia caruk dengan tangan dan mengumpulkannya di piring plastik. Sambil menunggu api kayu bakar stabil, ia mengambil kecap.

Perutnya telah keroncongan sejak kemarin. Tiga malam, empat siang, tak secuilpun makanan masuk perutnya. Kini menatap daging anjing yang terbakar dengan baunya yang gurih, nafsu makannya tak terbendung lagi. Segera ia semprotkan kecap itu ke belatung mentah sebagai lalapan. Continue reading “Wingit dan Jarjit”

Bahasa »