Amien Kamil dan Puisi yang Belum Mandiri

Haris Firdaus

Kalau benar, seperti yang dikatakan Ayu Utami, bahwa dalam perpuisian Indonesia ada yang dinamakan “aliran Rendra”, saya kira Amien Kamil adalah bagian dari aliran itu. Nama penyair ini, bagi telinga saya, sebenarnya cukup asing. Tapi ketika saya melihat ia membacakan sajak-sajaknya pada Jumat (2/11/2007) lalu di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, saya tahu penyair itu adalah bagian dari “aliran Rendra”. Continue reading “Amien Kamil dan Puisi yang Belum Mandiri”

Jerawat Sastra Indonesia

Haris Firdaus
rumahmimpi.net

Kalau Dami N Toda pernah menyebut Chairil Anwar sebagai “mata kanan” dan Sutardji Colzum Bachri sebagai “mata kiri” dari Sastra Indonesia, Saut Situmorang menyebut dirinya sendiri sebagai “jerawat” Sastra Indonesia. Saya mendengar kelakar Saut itu saat ia menjadi pembicara diskusi “Kisruh Sastra” pada pembukaan Rumah Sastra, Solo, Minggu (18/11). Continue reading “Jerawat Sastra Indonesia”

DONGENG GOLA GONG

Haris Firdaus

Seorang anak kecil pergi ke alun-alun. Di sana, ia melihat seorang prajurit TNI yang terjun menggunakan parasut. Hatinya berdebar, matanya berdecak. Anak kecil itu mungkin kagum dengan peristiwa yang baru saja dilihatnya. Keinginan pun muncul. Lalu ia pulang ke kampungnya. Di sana, ia temui anak-anak sebayanya. Mereka ia ajak bermain perang-perangan. Anak kecil itu ingin jadi jenderal. Continue reading “DONGENG GOLA GONG”

Puzzle Semiotika Sastra

Haris Firdaus
Suara Merdeka, 17 Mei 2009

“Mulai saat ini, jika hendak menulis tentang semiotika, Anda jangan memakai teori Jacques Derrida, Umberto Eco, atau Jacques Lacan lagi! Teori ketiganya punya kelemahan dasar yang tak bisa dimaafkan,” begitu kira-kira provokasi Saifur Rohman, redaktur Suara Merdeka, saat mengisi sesi pertama Workshop Semiotika Sastra di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Solo, pada 9-10 Mei lalu. Continue reading “Puzzle Semiotika Sastra”

Bahasa »