Naskah Teater, WEK WEK

Karya: Iwan Simatupang

ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku. Continue reading “Naskah Teater, WEK WEK”

SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (6)

: Filsafat Manusia dalam Novel Iwan Simatupang

Djoko Saryono *

Bagi Iwan Simatupang, hidup manusia merupakan proses mencari jatidiri yang dilakukan dengan menggelandang, mengembara, berziarah terus-menerus, dan migrasi terus-menerus. Ini dimaksudkan agar makna hidup di dunia ditemukan. Dalam proses ini sebenarnya manusia berhadapan dengan persoalan absurditas hidup, irasionalitas hidup, dan ketidakpahaman akan hidup. Tokoh-tokoh novel Iwan menggambarkan hal ini. Tokoh-tokohnya berhadapan dengan kehidupan yang absurd, irasional, dan tidak terpahami. Continue reading “SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (6)”

SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (5)

: Filsafat Manusia dalam Novel Iwan Simatupang

Djoko Saryono

Hakikat manusia hanya dapat ditemukan dalam keberadaannya di dunia sehingga hidup manusia dan pergumulan hidup manusia menjadi penting. Hal ini tegas sekali disiratkan dalam novel-novel Iwan Simatupang. Melalui novel-novelnya, Iwan tampak hendak meyakinkan kita bahwa hidup manusia beserta pergumulannya dengan berbagai permasalahan teramat penting karena di situlah manusia menemukan hakikatnya sebagai manusia. Continue reading “SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (5)”

SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (4)

: Manusia dalam Novel Iwan Simatupang

Djoko Saryono

Anthropoligical constants merupakan dorongan-dorongan dan orientasi tetap manusia. Setidak-tidaknya ada enam anthropological constant yang bisa ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia, yaitu (i) relasi manusia dengan kejasmanian, alam dan lingkungan ekologis, (ii) keterlibatan dengan sesama, (iii) keterikatan dengan struktur sosial dan institusional, (iv) ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat, (v) hubungan timbal balik antara teori dan praksis, dan (vi) kesadaran religius. Continue reading “SASTRA SEBAGAI DULANG RENUNGAN FILOSOFIS (4)”

Bahasa ยป