Restu Ashari Putra
http://oase.kompas.com/
Suatu waktu aku ingat perkataan nenek, saat kami datang berdua mengunjunginya di sebuah rumah di kaki gunung. Sebelum kami sendiri yang menyaksikan ajalnya tiba. Ia masih tertawa berseri-seri dengan sederet gigi palsunya. Dengan sepasang mata yang masih ceria. Saat itu, di bawah aroma kebun teh Goalpara, aku masih mengingatnya ketika aku bersama Saskia di sana. Continue reading “Sepasang Mata di Malam Hari”