Republika 24 Juni 2007
SATU WAKTU
satu waktu akan lahir puisi-puisiku
tanpa bahasa, tanpa kata maupun aksara
dan tangan-tangan ini
akan tuntas terbakar cahaya Continue reading “Sajak-Sajak Rukmi Wisnu Wardani”
Republika 24 Juni 2007
SATU WAKTU
satu waktu akan lahir puisi-puisiku
tanpa bahasa, tanpa kata maupun aksara
dan tangan-tangan ini
akan tuntas terbakar cahaya Continue reading “Sajak-Sajak Rukmi Wisnu Wardani”
Republika
MAKRIFAT CENTHINI
setua umur bumi inilah aku datang dan pergi
berganti rupa untuk yang kesekian kali
tanpa tahu batas waktu menunggu
sekalipun sukmaku dan sukmaMu satu
sekalipun Kau berada di dalamku
dan aku berada di dalamMu
tetap saja, aku tak dapat mendahuluiMu Continue reading “Sajak-Sajak Rukmi Wisnu Wardani”
republika.co.id
PUCUK ILALANG
walau angin tak henti mengoyak tulang
walau rimis menggenang di desah malam
untukMu, sekuntum bunga telah kupersiapkan
kalaupun tiba hari keputusan itu datang
izinkan kutuntas perjamuan
laksana nyanyian tafakur burung
di pucuk ilalang Continue reading “Sajak-Sajak Rukmi Wisnu Wardani”
Rukmi Wisnu Wardani *
Kompas, 01/12/2008
Dua buku kumpulan puisi, Aku Mengunyah Cahaya Bulan (AMCB) (2004) dan Jejak Sajak (JS) (2008), yang dikirimkan oleh penulisnya sendiri, Dharmadi, saya terima, setelah kami bertemu kembali beberapa bulan yang lalu, di acara bulanan Pasar Malam (Paguyuban Sastra Rabu Malam), salah satu komunitas pecinta sastra yang ada di Jakarta, yang awal berdirinya digagas antara lain oleh Johanes, Jonathan, Budhi Setiawan, Zai Lawanglangit, Ileng, yang menggelar acara rutinnya tiap Rabu malam akhir bulan, di Wapres (warung apresiasi) di kompleks Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan. Continue reading ““Pornografi” Dalam Puisi Dharmadi”