Sulaiman Djaya *
ABSTRAK
Beberapa tahun belakangan ini banyak yang menilai ‘kritik sastra’ tidak menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang diharapkan. Sementara itu, pada saat yang sama, banyak orang pula menilai telah terjadi ‘politisasi kritik sastra’ yang motifnya beragam pula, mulai dari kepentingan ideologi, komunitas, atau pemilihan sepihak para ‘kritikus’ (atau katakanlah pengulas sastra dan redaktur) dengan sejumlah penulis (penyair atau sastrawan) tertentu yang memiliki ‘hubungan personal’. Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, tulisan ini mencoba memaparkan opini atau pendapat sejauh menyangkut persoalan-persolan tersebut, dengan mengambil contoh kasus Denny JA dan buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh yang diterbitkan Gramedia tahun 2014 itu. Continue reading “DILEMA POLITIK KRITIK SASTRA”