Puisi-Puisi Sri Wintala Achmad

SULUK SRIKANDI

(I)
Di alun-alun
Rumput merimbun
Semilir angin
Buai sepasang beringin

Angkasa membiru-jingga
Membakar gairah asmara
“Kanda, ajarkan aku memanah matahari
Sebelum terbenam ke dasar hati!”
Ujar Srikandi, sembari
Mencolek pipi Permadi

(II)
Angin lelap di sarang malam
Tidak ada kecipak ikan di kolam
Hanya desah Srikandi di bibir ranum
Melenguh hingga ke tulang sungsum
Lunglai telanjang di ranjang
Di pipi, airmata berlinang

“Kanda, mengapa kita cepat berpisah
Manakala matahari terpanah
Koyak berdarah?”

(III)
Di depan gerbang istana
Hati Srikandi berbunga-bunga
Melepas Permadi ke Madukara
Dadanya hangat diraba
Namun matanya tersirat sendu
Sekali mencinta lelaki buat dimadu

Sanggar Gunung Gamping, 07082006

SULUK BANOWATI

Di depan Bunda Setyawati
Aku hancurkan cermin kaca
Malu hidup sekali
Sebagai wanita pendua cinta

Akulah si bungsu Narasoma
Yang terlepas dari kudangan
Bukan pecinta s’orang hingga senja tiba
Melainkan pengkhianat kasih pujaan

Tidak sebatas Aswatama
Aku rela dicap sephia
Menebus dosa seusai Baratayuda
Rela mati dicidra Kartamarma

Sanggar Gunung Gamping, 13032008

SULUK KUNTHI NALIBRATA

Di bengawan Suwilugangga
Aku alirkan aib keluarga Mandura
Sesudah perutku mengembang tanpa suami
Selain cinta dari jambangan hati

Karna, putra Surya yang lahir dari lubang telinga
Jangan simpan dendam matahari di dalam gendaga
Ibumu hanya mentaati titah Kakanda Basudewa
Yang lebih malu pada kawula daripada Raja semesta

Menjelang baratayuda tiba, datanglah kepadaku
Ibumu bakal merestui di mana kau berkubu
Sebab kunci surga bagi senopati sejati
Bertumpu pada kesetiaan janji

Sanggar Gunung Gamping, 14032008

BURISRAWA KASMARAN

Mbok Mbadra kembang Widarakandang
Kepadamu aku mabuk kepayang
Setiap malam kau menghiasi mimpi
Seanggun Wulan berselendang pelangi

Jangan kau tolak cintaku, Mbok Badra!
Meski wajahku seburuk raksasa
Namun kesetianku melampaui Permadi
Dan setara Bunda Setyawati

Mbok Badra, namun apa mau dikata?
Apabila hanya ilusi yang kau dambakan
Hingga perawanmu seharga kerennya rupa
Bukan jiwaku yang berakhir remuk berkepingan

Sanggar Gunung Gamping, 28032008

Leave a Reply

Bahasa »