jurnalnasional.com
DI GARIS TANGAN
di garistangan
hujan dan cinta
berpeluk dalam genggam
di garistangan
harapan dan derita
tak henti bergumam
Muram!
DI MATA RINA
di Mata rina
di deret hari penuh cahya
di jendela yang senantiasa terbuka
di helaihelai kelopak bunga
di kemana ingin kuhela cinta
:sungguh seluruh bagian diriku tergoda
tapi di Mata rina
kukata ?tidak!? sepenuh sukacita
kerna di Mata rina
tak kusua selain kelezatan rasa tergoda
DI SENYUM IDA
di Senyum ida
di adonan malam dan dukacita bergula
dekap merengkuh senyap
sampai hasratpun lindap
sebelum tibatiba pelahan lenyap
di Senyum ida
tak ada yang terang dan belaka
segala muram
suam
dan gumam
di Senyum ida
di sebersit dunia kecil yang merana
hening
tak henti berdenting
pedih pilu nyaring
di Senyum ida
hanya di Senyum ida
:cinta kehilangan pesona
sungguh hanya
di Senyum ida
…..
DI TENGKUK ANNA
di Tengkuk anna
pukau menemu kilau
di situ aku risau
galau dan balau
silau
dan silap
terjerat
dan Tamat
KABUT
benar memang kabut
sungguh cuma kabut
yang tak punya paut
tak pula butuh Taut
itulah sebab mengapa kabut
tiada kaubisa Jumput
KOTA DI MATA
di mata!
ada banyak kota di Mata
mana tapi Cahya
yang berkali kaucerita?
LAGU SEDIH
di lagu Sedih
di Puisi pedih
:Mata tertatih
meletih
apa yang Masih
jika bahkan senyum merepih
:diri dan Cinta tersapih
sampai cermin memutih
segala tinggal Serpih
LENGGANG
engkau
ataukah Malam
melenggang risau
memeram muram
menghembus kilau
meredup Padam
bikin Jeda
yang dirindu mata
ialah Sunyi tak terkata
LENGANG
riwayat punya pautan
angin butuh singgahan
pelayaran perlu tepian
harapan mau tujuan
mengapa engkau Tak?
TAHUN TUNGGU
belum Tiba bagiku
bahkan di ujung bayang daftartunggu itu
TAHUN HUJAN
sesudahnya hujan
menderas di garistangan
sebelum hujan
padahal langit tak mengandung awan
di dalam hujan
bersama hujan
hampir segala perjalanan
berpelukan dalam satu ingatan
di dalam hujan
bersama hujan
nyaris seluruh tujuan
sungguh membayang Muram, bukan?
risau
dan galau
bahkan melayang
:Bimbang
seperti kabut
:Luput
TAHUN SANDAR
pelabuhan
rumah Tepian
menjanjikan
tapi bukan
Tanah yang kuangan
seluruh debar
telah Sandar
keisengan berbinar
segala memerahmawar
mengapa tapi Hambar
TAHUN LADANG
matahari di tanahlapang
matakaki di Ladang
kulitbadan berkilauan
sewarna dedaunan
jiwa membunga
hidup mewarniwarna
menetes
menetas
selalu saja Nestapa
Sengal
tak kunjung tanggal
TAHUN KERLING
pernah, bukan?
menemu badan, tubuh dan diri
tergoda Harapan
menyangka rembulan
pulas dalam genggaman
sampai tibatiba
……
DUA HATI
:dari sebuah lukisan
sendiri, wajah yang menunduk,
badan yang membungkuk,
lengan terkulai dan lutut tertekuk,
biru berlatar coklat kehijauan nyaris hitam
:mengingatkanku padamu
o, yang entah mengapa hampir selalu
berurai airmata (kubayangkan
bahkan juga ketika bercinta)
aku, seperti tibatiba linglung
mengapung
bersenandung
:mengapa masih juga bersedih hati
bukankah di sini, bahkan dalam diri,
masih ada banyak hari baik untuk mati
ialah kapan
mesti meneruskan kehidupan!
SENJA
:rina
lalu engkau, yang kubayangkan nyaris sewajah
dengan hampir segala jenis kangen, sebentar mengerling
sebelum kemudian tersenyum dan berkata, ?ada,
sungguh, yang selalu diam-diam kurindu
ialah kapan, sedetik-dua saja, bisa punya jeda
dengan rasa ingin menyatakan Cinta
dengan hasrat pengin memelukmu berlama-lama.?
lalu engkau, kekasih yang selalu kusua
bahkan ketika tak sedang jumpa,
baring di sela degab jantung,
menari di sela tik-tak jarum jam
menjelmakan hujan
menghijaukan helaihelai dedaun
beri warniwarna pada usia
o,
mengapa tapi sembari berurai airmata?
MEMBAYANG JAUH
jauh
membayang Jauh
cintaku
kalbuku
meluruhluruh
lepuh
jauh mata
jauh tanpa kata
tak ada lambai
tiada gapai
tinggal sunyi
membekap bunyi
di rasa Jauh
kulepas sauh
kulupa pulaupulau
kuurai risau
gemetar dinginmati
pasi pula hari dan hati
kerna Engkau jauh
membayang Jauh!
MEMBAYANG CINTA
membayang Cinta
tekateki dan nestapa
:kemarau menghujan
lebat panjang bertahunan
dedaun layu lalu mengeringkuning
seperti doa dari hati tak hening
apakah yang kau masih mau
selain gulali rasa galau
merah tapi tak manis
seperti mata ketika tak henti nangis
apakah yang kau masih rindu
selain hari bercandu
sungguh kita ini pemadat
pencinta jerat
keriuhan
pecahan bayang tak beraturan
berlompatan dari satu urat ke syahwat
mengalahkan terang bolalampu 99 wat
membayang Cinta
tekateki dan nestapa
tak pernah sepenuhnya Cinta!
SEPERTI MALAM
tidur ia, seperti malam, seperti rasa dan warna mati
di hati. seperti desau yang entah bagaimana senantiasa
menghela risau dan lalu menyelinapkannya
di selasela deret hari yang mengandung juga hanya
rasa dan warna mati
melumpurlumpur!
BETAPA DINGINNYA
betapa Dingin angin,
betapa dinginnya,
bahkan dalam panas matahari
betapa Dingin daging,
betapa dinginnya,
bahkan dalam panas cinta kita.
o, betapa dinginnya Lapar
yang mengempiskan usus perut
dan menyusutkan akal sehat
maka kutempuh hidup, Getir dan Waswas,
kusesap rasa Pahit itu, bergerigi dan tajam,
terus, tak henti, kucatat engkau
dalam Kenangan berjurang
yang pelahan mulai tak berarti apa-apa,
sampai di segala tinggal cuma Debu,
cuma Kabut, cuma Angin,
cuma Daging, cuma Lapar
Dingin.
sangat!
***