http://sastrakarta.multiply.com/
PEMAKAMAN WARTAWAN
– Udin
Berita
dikafani malam
Liang lahat
menunggu bunga
Yang terbunuh langkahnya
diusung doa
Bocah
tergenang pertanyaan
“Ibu, kapan Bapak selesai
berwawancara dengan Tuhan?”
Makam
jadi lautan gelombang
“Engkau tidak mati
karena berani bersaksi.”
Daun bambu gugur
mencium rumput kering
“Arus bisa berbalik
menabrak musm.”
Lihatlah
keajaiban waktu
Kematian tidak membusukkan
justru menyuburkan kata
1996
JUSTICE NOT FOR ALL
Cermin
berwajah murung
Hakim gemetar
di seberang meja
Dasi
lapar
Rokok klembak
patah di tengah sidang
Bagai air terjun
yang atas menimpa yang bawah
Lantai tempat berpijak
berlubang seluruhnya
“Rumput
jangan menjangkau langit!”
“Terima kasih.”
1995
MENUJU KOTA BUNTU
Asap
setajam pisau
Mengelupas
kulit kota
Debu berjanji
benghiburmu
Tiang-tiang
melawan bendera
Lagu berkeping
melukai bunga
Anak sekolah
mendorong langit ke jurang
1995
MENYEBERANG GELOMBANG
Bima
Setelah malam
siang menjadi pantai
Setelah siang
malam menjadi gelombang
Memandang bayang
menajamkan kuku
Menyeberang
gelombang
Ular
raksasa membelit jiwa
Menyeberang takut
pertemuan
Waktu
memantulkan
“Aku mau pergi
tapi malah kembali,” keluhnya.
1995
MENYEBERANG GELOMBANG
Ajisaka
Hari
kembali terutai
Sorban
menenggelamkan
Raja
makan gelombang
Ke hutan, kembali
memandang muridnya
Dua mayat
satu hakikat
“Alangkah luka
menyeberang ha menuju hu,”
katanya.
1995