http://sastrakarta.multiply.com/
Tanjung Tua 1856
aku cuma tanjung tua
pada seluruh abad yang diguncng mesiu
bila mampu menyebut nama
aku ingin fasih mendongeng kepada semua telinga
tentang asing serdadu yang haus menghirup rempahku
dalam dongengku,
puluhan perahu moyang dan jung berlabuh
di wajahku yang setedung purnama penuh
sauhnya angkuh menusuk lambung-lambung
langit langsung murung!
aku gemetar menahan ratap
menatap pulau Sikepal runtuh
dijarah musuh yang rusuh
seribu serdadu yang kuku kakinya angkara
begitu jumawa meretakkan dadaku hingga remuk
raung seram mencekam tengkuk malam
memberangus hangus langit Agustus
segera kuutus sekawanan angin
berhembus ke Benteng Bendulu
membisikkan kabar cemas ke telinga Tuan Intan
yang kuharap segera siaga
membangunkan seluruh prajurit jaga
angkat terapang! angkat terapang!
genderang perang lekas berkumandang
seribu asing serdadu hendak meradang
setelah usai dongeng itu
kuukir di lekuk karangku
sebuah riwayat penuh khianat penuh kesumat
meski dalam arus waktu yang terus menggerus
ombak tak lelah menampar menyapu
seukir riwayat itu
sampai segala benih seteru
menjelma aku!
19 Agutus 2006
Janganlah Tuhan Berlebihan
janganlah Tuhan berlebihan
aku membutuhkan udara dalam nafasku
Engkau melimpahkan angin
janganlah Tuhan berlebihan
aku rindu tirta ketika dahaga
Engkau menghamparkan samudera
janganlah Tuhan berlebihan
aku butuh penerang dan hangat cahaya
untuk membedakan jalan menuju surga dan neraka
Engkau menyorotkan bermilyar cerlang surya
janganlah Tuhan berlebihan
aku hanya membutuhkan panganan
Engkau menggelar subur daratan
janganlah Tuhan berlebihan
aku hanya mencari sejati ilmu
Engkau menganugerahkan ruang waktu
janganlah Tuhan berlebihan
aku mencoba menyusuri ruas ingin
Engkau menetapkan beribu mungkin
janganlah Tuhan berlebihan
aku merangkai rinai harapan dan kepastian
Engkau mengantarku kepada hasil dan musykil
aku terlalu berlebihan
Engkau mengasihiku dalam semesta
aku malah ingin menyatu denganMu
aku dan Tuhan terlalu berlebihan
aku ingin kekal dalam samsara
Engkau malah memberiku ada dan tiada
19 Agustus 2006
Prasangka tentang Waktu
aku menduga, waktu begitu mencintaiku
tak mau lepas mengiringiku, hingga akhir hayatku
aku menduga, waktu begitu menyayangiku
sering cemburu dan lumat menghabiskan usiaku
menyetubuhi segalanya dalam hidupku
barangkali, waktu adalah Tuhan
karena waktu begitu kekal
tak sefana diriku
waktu terus mengawasiku
meniupkan cinta, ada dan tiada
waktu terus mengajakku berpadu
sekujur diriku menggelinjang dipagut waktu
aku pun mencoba senantiasa menyetubuhi waktu
sembari mendera angkara hingga tiada
aku dan waktu abadi satu regu
terus berseteru siapa lebih rindu
barangkali, walau adalah Aku!
30 Agustus 2006