Bukti Adanya Perhatian pada Keberadaan Bahasa Bali

Judul : Tuttle Concise Balinese Dictionary
Penulis : I Gusti Made Sutjaja
Penerbit : Tuttle Publishing (Divisi Periplus Editions Hong Kong)
Tebal : i-viii, 509 halaman
Peresensi: Mas Ruscita
http://www.balipost.com/

ADALAH sesuatu yang ideal bila suatu bahasa memiliki daftar kosakata, meski kenyataannya hingga kini masih banyak bahasa daerah di Nusantara belum memilikinya. Daftar kosakata yang disusun dengan teratur dengan padan atau penjelasan makna pada galibnya dikenali dengan nama kamus. Ada beragam kamus yang disusun berdasarkan kepentingan pemakainya; ada kamus ekabahasa, dwibahasa, dan nekabahasa dilihat dari bahasa yang digunakan.

Ditilik dari sisi tujuan pemakai, ada kamus umum dan kamus khusus. Kamus umum yang disusun berdasarkan abjad menyajikan kosakata umum dalam bahasa tertentu, misalnya bahasa Bali. Sedangkan, kamus khusus menyajikan daftar kosakata beserta uraiannya berdasarkan ranah atau domain perihwalan. Kecenderungan yang muncul sekarang adalah diterbitkannya kamus yang disusun lewat penggabungan kosakata umum dan khusus dalam buku yang disebut sebagai kamus ensiklopedia (encyclopedic dictionary) yang bisa memenuhi kebutuhan dan selera penyusun, penerbit, dan pengguna.

Penerbitan kamus bahasa Bali mutakhir (tahun 2009) dengan judul “Tuttle Concise Balinese Dictionary” yang menggunakan tiga bahasa, diterbitkan oleh Tuttle Publishing sebagai divisi dari Periplus Editions Hong Kong, menurut penulisnya I Gusti Made Sutjaja dimaksudkan untuk digunakan secara praktis oleh para siswa, mahasiswa, guru, pengelana, dan masyarakat luas.

“Penerbit merancang penampakan dan penyajian isi agar ramah pemakai, dan penyusunnya mengotak-atik kata dan istilah Bali untuk padan dan penjelasan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Lebih dari 18.000 aran di abjad dalam buku sebesar genggaman berukuran 10.5 x 16 cm dengan kulit dan tulisan berwarna putih dan oranye, dan dengan bahan vinil. Dirancang, sesungguhnya, untuk bisa dibawa-bawa dengan mudah ke mana-mana alias praktis dan dekat dengan penggunanya,” jelasnya.

Kehadiran buku kamus tribahasa (Bali-Indonesia-Inggris dan Inggris-Bali-Indonesia) ini menjadi begitu penting di tengah suasana penggalakan pelestarian dan penggunaan bahasa ibu, dalam hal ini bahasa Bali yang memiliki tradisi kebahasaan, kesasteraan, dan keberlanjutan tradisi kehidupan sosial-religius etnis Bali. Buku ini menjadi bukti nyata adanya perhatian akan keberadaan bahasa Bali, pada khususnya, dan bahasa-bahasa daerah di Nusantara pada umumnya, oleh masyarakat lokal dan asing akan lebih memacu peningkatan minat.

Ini sebuah harapan dari kelompok-kelompok pendukung keberadaan bahasa yang disebut sebagai kelompok bahasa indigeneous, bahasa ibu atau bahasa daerah, yang konon menerima proporsi perhatiannya tidak wajar.

Tentulah dengan terbitnya buku ini di awal tahun 2009 yang disusun oleh pekamus I Gusti Made Sutjaja — yang telah menghabiskan waktu sekitar dua tahun untuk proses penyuntingan manuskrip sesuai gaya selingkung atau house style penerbitnya di Singapura — akan membawa cercah harapan baru.

Harapan baru bagi para pekamus bahasa Bali dan para pekamus bahasa daerah di kawasan Nusantara, dalam mendorong munculnya — lewat penulisan baru dan ulang dengan memanfaatkan kecanggihan mutakhir tehnologi informasi — beragam kamus bahasa daerah sejenis yang akan mampu dihasilkan, yang kemudian dipersandingkan dan dipertandingkan di arena perkamusan atau leksikografi lokal, nasional, regional, dan global.

Sebuah harapan yang sangat mulia, sudah barang tentu. Dan harapan ini wajib diwujudkan untuk menjadi kenyataan kebahasaan dan sosial-budaya. Tidak bisa disangkal, harapan dari penyusun dan penerbitnya kepada para pengguna, pribadi atau lembaga, tiada lain adalah agar buku yang sudah tersaji ini akan ditilik sebagaimana ihwalnya penilikan atas kamus-kamus lainnya dilaksanakan. Selamat mengotak-atik kamus baru ini!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *