http://www.korantempo.com/
HARI YANG PERGI
: di warung made
Meja di sudut tak lagi punya ruang untuk kita tiap percakapan mabuk oleh segelas wiski tak ada yang tahu kapan lagu terakhir usai dilantunkan
Bulan menggenangi atap teduh sepasang kekasih saling meraba masa silam yang tak terbaca
Kau yang tak pernah mengetuk pintuku katakan siapa yang tersedu di depan cermin antara dinding biru ini berulang mengeja namamu
Aku di perempatan menunggu isyarat lampu jalan namun peta rumahmu lebih dulu raib oleh waktu
Siapa yang tahu ke mana hari membawamu pergi
TIAP ORANG
: di desa taro
di sini percakapan terulang di tiap tikungan lelaki dan perempuan malu-malu beradu gumam kemudian perlahan saling menggenggam
perempuan bergaun jingga menyapa barisan awan sia-sia langit berubah warna meninggalkan ulat hijau yang masih memimpikan sepasang sayap di rindang pohon tumbang
seekor katak melompat ke dalam mendung lalu ke dalam embun selembut bibirmu membayangkan kolam biru dalam doa yang lupa kau panjatkan sedang di sini daun-daun menyisakan basah ketukan pelan di antara mimpiku melinang diam-diam bersama bayang kekasih kemarin petang
ada pula lelaki tua menggoda dirinya bermain di bawah hujan basah oleh masa silam kecupan yang tiba-tiba
mungkin kau memang benar di sini tiap orang punya kenangan setapak jalan yang selalu bersilang ke masa silam