Kisah Sang Pemuja Peri Asmara

Judul: Lolita
Penulis: Vladimir Nabokov
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Cetakan: I, Maret 2008
Tebal: 529 hlm.
Peresensi: Hernadi Tanzil *
ruangbaca.com

Inilah mahakarya kontroversial dari Vladimir Nobakov (1899-1977), penulis kelahiran Rusia yang kemudian menetap di Amerika Serikat. Walau telah diakui sebagai salah satu karya sastra klasik dunia, novel ini sempat dilarang beredar dan ditolak oleh beberapa penerbit Amerika karena tema dan isinya dianggap tidak senonoh dan melanggar standar moral masyarakat pada zaman itu.

Novel ini diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Prancis oleh Olympia Perss, pada 15 Sept 1955. Olympia Perss adalah penerbit yang biasa menerbitkan buku-buku serius dan beberapa buku “dewasa”. Di negara itu novel ini seketika menjadi best seller dan terjual 5.000 kopi. Karena kontroversi yang timbul, pada Desember 1956 pemerintah Prancis melarang peredaran novel ini selama hampir dua tahun lamanya.

Di Amerika Serikat, edisi pertama novel ini diterbitkan dua tahun setelah edisi pertama di Perancis. Penerbitnya G.P. Putnam’s Sons. Sama seperti di Prancis, novel ini langsung menjadi best seller dan terjual 100 seribu kopi pada tiga minggu pertama setelah diterbitkan.

Apa sebenarnya yang ditulis oleh Nobakov? Novel yang diyakini mengandung elemen-elemen otobiografis Nobakov ini merupakan memoar seorang profesor bernama Humbert Humbert, yang menuliskan petualangan cintanya dengan Lolita. Dalam bab pendahulaun dikisahkan pada saat memornya diterbitkan Humbert tewas dalam tahanan akibat penyakit jantung pada 1952. Memoar yang diberi judul Lolita, atau Pengakuan Seorang Duda ini akhirnya sampai ke tangan seorang editor yang kemudian menerbitkannya dengan judul Lolita. Dari memoar inilah cerita dalam novel ini bergulir.

Humbert Humbert adalah seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewatinya dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cinta Humbert pada Annabel kandas, karena kekasihnya itu meninggal akibat tifus. Menurut pengakuan Humbert, kisah cintanya dengan Annabel itulah yang membuatnya mulai tertarik secara seksual pada gadis-gadis kecil berusia 9-14 tahun yang disebutnya sebagai “peri asmara” (nymphet).

Ketika beranjak dewasa gairahnya pada para peri asmara terus membuncah. Untuk menekan gairah ganjilnya itu, Humbert akhirnya menikah dengan Vallerie, gadis sepantarannya yang menurut dia memiliki gaya dan pesona seorang gadis kecil. Namun rumah tangganya ini tak berlangsung lama. Vallerie menghianatinya dan akhirnya mereka bercerai.

Setelah bercerai, Humbert memutuskan berkelana ke Amerika. Jalan hidupnya menempatkan dirinya tinggal di sebuah pondokan di Ramsdale, New England. Di tempat inilah Humbert terkesiap melihat sosok Lolita, gadis 12 tahun yang merupakan putri Charlote, pemilik pondokan. Humbert yang saat itu berusia 30-an tak kuasa menahan gejolak asmara dan berahinya melihat Dolorez Haze atau Lolita, gadis kecil yang jelas merupakan peri asmara baginya.

Demi mendapatkan cinta dan tubuh Lolita, Humbert rela menikahi Charlote, ibu gadis itu. Sempat terbesit niat jahatnya untuk membunuh Charlote. Namun keberuntungan seolah berpihak padanya. Charlote tewas dalam sebuah kecelakaan. Tanpa banyak menunggu, Lolita yang saat itu sedang mengikuti perkemahan bersama sekolahnya dijemput oleh Humbert dan dibawanya mengelilingi Amerika. Dan dimulailah petualangan cinta terlarang antara ayah dengan anak tirinya.

Novel ini menjadi menarik selain karena tema cinta terlarang antara ayah dan anak tirinya, Nabokov juga dengan deskriptif melukiskan nuansa psikologis tokoh-tokohnya dengan disertai penokohan yang kuat. Humbert yang berkepribadian rumit dan Lolita seorang pecinta kebebasan namun terkadang misterius. Dengan piawai Nabokov menggiring pembacanya untuk memahami kekuatan cinta Humbert terhadap Lolita. Bagaimana keragu-raguannya ketika pertama kali berniat menyentuh tubuh anak tirinya, dan bagaimana Lolita melakukan tarik ulur dalam merespons cinta ayah tirinya.

Sebagian pembaca mungkin akan menganggap novel ini bukan novel yang mudah dimengerti karena Nabokov banyak mengeksplorasi kondisi kejiwaan dan lamunan-lamunan Humbert. Selain itu, novel ini juga banyak menggunakan simbol yang baru akan dimengerti oleh pembacanya setelah melahap habis novel ini hingga lembar terakhir. Namun sebagian pembaca lainnya mungkin justru melihat hal-hal itulah yang menjadikan novel ini mengasyikan untuk dibaca hingga tuntas.

Meskipun tak mudah dicerna, novel ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Agar dapat menikmati novel ini ada baiknya kita membacanya lebih ke pendekatan psikologis dibanding naratif sehingga kita bisa menikmati dan memahami gejolak jiwa Humbert yang sakit.

Menurut Anton Kurnia, penerjemah novel ini yang dikenal sebagai cerpenis sekaligus penerjemah karya-karya sastra dunia, Nabokov memang menulis novelnya ini dengan menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan sebagai besar berisi lamunan Humbert yang sakit jiwanya. Untuk itu, Anton tak jarang harus memotong satu kalimat panjang dalam novel ini menjadi dua atau bahkan tiga kalimat agar lebih mudah dan tidak capek membacanya.

Hal itulah yang membuat Anton harus bekerja keras untuk menghadirkan terjemahan yang baik. Menurut pengakuannya, untuk menerjemahkan novel yang dalam edisi bahasa Inggrisnya setebal 300-an halaman ini, ia memerlukan waktu satu tahun. “Ini terjemahan paling sulit dan paling lama yg saya tangani,: ini lebih berat dari les miserables (Victor Hugo),” ungkap Anton. Namun, walau sulit, Anton justru menikmati proses penerjemahannya ini. “Saya suka Lolita, jadi saya ikuti terus liku-likunya.”

Walau novel ini sempat menuai kontroversi, saya sendiri tak melihat ada sesuatu yang berlebihan dalam novel ini. Selain temanya yang tak lazim dalam standar moral masyarakat pada umumnya, rasanya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Deskripsi pelampiasan gairah Humbert terhadap Lolita saya pikir masih dalam batas-batas keindahan sastrawi, masih kalah dengan beberapa novel-novel lokal yang terkesan lebih berani dalam mengurai adegan percintaan.

Karena kepopulerannya, Lolita sempat dua kali diangkat ke layar lebar (pada 1962 dan 1997). Berbagai pujian dianugerahkan kepada novel ini. BBC mendapuk Lolita sebagai novel terbaik sepanjang masa. Majalah Time menyatakan Lolita adalah salah satu di antara tiga novel paling berpengaruh di dunia.

Modern Library yang beranggotakan sejumlah pengarang, kritikus sastra, dan intelektual ternama, pada 1998 melakukan pemilihan 100 novel terbaik sepanjang abad ke-20 yang ditulis dalam bahasa Inggris. Pemilihan ini disusun berdasarkan peringkat. Lolita masuk ke dalam peringkat keempat di bawah Ullyses (James Joysce), The Great Gatsby (F.Scott Fizgerald), dan A Portrait Of The Artist As a Young Man (James Joyce).

Walau terlambat lebih dari 50 tahun, upaya penerbit untuk menerjemahkan novel ini patut dipuji. Dan lagi apa yang diangkat oleh Nabokov dalam novel ini tampak masih relevan untuk masa kini. Paling tidak, seperti yang ditulis dalam novel ini: “Lolita seharusnya membuat kita semua para orang tua, pekerja sosial, pendidik meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas membesarkan generasi yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman” (hlm. 11).

*) Book Blogger dan Book Reviewer bukuygkubaca.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *