Sajak-Sajak Dimas Arika Mihardja

oase.kompas.com

MENGUAK MIMPI, 1

engkau datang serupa bayang
mengeram dalam tilam kelam
kelambu tidur-jagaku
lalu angin nyeret rahasia-mu

engkaulah bayang itu
mengusik tidur-jagaku
tiap waktu luput mengusap wajah-mu
dalam bayang rindu
kuseru cuaca berdebu

engkaulah bayang itu
mengetuk-ngetuk rasa kantuk
lalu dentam rebana bertalu-talu
di hatiku yang merindu

Kota Beradat, 930923

MENGUAK MIMPI, 2

selamat pagi—kata sekeping hati
pagi, ratap nurani. sendiri
aku berselimut kabut. lalu
ada suara—entah dari belahan jiwa mana
berdegup di dada luka:

dimas, berkeramaslah
bergegas menggelar sajadah
pasrah; ikuti geletar darah
takuti petaka berdarah
cabuti jiwa rekah

arika, keranda tersedia
untuk kaubawa berkendara
tertawalah memapah resah-resah
tertawalah selebar sajadah
kau mesti hijrah. hijrah

mihardja, kau dekap kamboja
aromanya menghias makam-makam
keramat. bersiapkanjadi mempelai
merambah kehidupan abadi
sebab mimpi telah dilunaskan
janji telah dikatamkan
dan puisi telah dimakamkan

Sungaiputri, 930923

CATATAN MUSIM LUKA

Di lemari besi kusimpan kata
Sebab kata kata berdarah
Tumbuh sepanjang lembah

Kusimpan kata kata luka
Dalam dada dalam peta dalam tahta
Dalam kedalaman rasa

1993

GOLGOTA

kaupalungkan luka
menganga di dada
di kepala mahkota duri
memberi arti cinta
kasih seputih melati

1992/1993

DZIKIR

kueja makna kata-nya
penuh damba

siasia sembunyikan
airmata

duka di hadapan-nya
mahasempurna

1993

QASIDAH CINTA SEMATA

kulidahkan bahasa sajadah
bagi sang guru batinku

aku datang mendekap mesjid
menguntai wirid

sajadah basah
airmata semata

kupadamkan api benci di hati
kupadamkan

kupahamkan api sufi di hati
kupahamkan

kusahamkan iman di hati
kusahamkan

kumakamkan dendam di hati
kumakamkan

rebana bertalu-talu menghalau risau
rebana berdentam-dentam menikam dendam

engkau sungguh maha pualam
tak pernah diam

Sungaiputri, 1993

SKETSA SENJA, 1

pada figura berdinding kaca
cakrawala langit mencumbu laut biru
debar-debar waktu
langkah satu-satu:
menuju pangkuan-mu

haluan hidup mana belum kukecup?
padang perburuan mana belum kusinggahi?

kuselami kuala hatiku sendiri
dan terasa pedang aliflammim
mengiris-iris gelisah rasa

Telanaipura, 1993

LEBARAN

rendang dihidang
hati dicincang
airmata berlinang

1993/1913 H

USAI DIALOG MALAM
SAAT NAFIRI DITIUPKAN

usai dialog malam
saat nafiri ditiupkan
masih kubaca kerling resah-resahku
kening pun pecah di luas sajadah

siapakah mampu membebat resah
resah ngalir?

siapakah mampu ngusap darah
ngalir menyungai?

melaut tanyaku tak berjawab
resah ini makin melindap

aku bayangkan:
aku rebah tanpa desah di bawah terompah-mu
yang maha indah

Sungaiputri, 1993

BERITA DUKA

innalilahi wa ina ilaihi roji’un

telah kembali ke hadirat ilahi:
puisiwati binti nurani
cerpenita binti rohani
novelia binti hakasasi

semoga drama tragedi yang terjadi
tak terulang lagi

turut berduka:
imajinasi
intuisi
kreasi
diksi
harga diri

1993

PERJALANAN, 4
buat Afrizal Malna

dalam sepatu kita isi rindurindu
sokrates netes: mencairkan luka
chairil menggigil saat kaupanggil
dan tardji di manamana menagih janji

puisi jadi basi, tanpa kita sadari
puisi jadi saksi, tanpa kita pahami
puisi jadi melati, tanpa mewangi
puisi jadi belati, menusuk relung hati

satu lagi: kita berpusarpusar di tengah pasar melelang sesuatu
yang telah hilang: kesederhanaan
0, dimana filsafat kausimpan di mana
makrifat kaupahat di mana
“abad yang berlari” di mana
kausembunyikan suarasuara-maknamakna-lukaluka
mikrofon?

o, abad yang berlari
melesat tinggalkan kita
sendiri

Jambi, 1993

KADO ULANG TAHUN
buat Korrie Layun Rampan

(17 agustus ialah hari kelahiran
hari kemerdekaan menghirup kehidupan)

padang perburuan, padang perbukuan
ladang pengabdian, pandang menjanjikan
semua tumbuh subur di lahan-lahan garapan

di lahan-lahan harapan, kusimpan puisi kehidupan
kupersembahkan kepada Pujangga Sejati—Allah
ke nama pun kaki melangkah semua mengarah

ke mana pun doa melesat semua jadi berkah
ke manapun mengalir, satu muaranya: cinta
korrie berkayuh di atas perahu kayu
mengalir dari tepian mahakam menuju jakarta
korrie bersimpuh di muka makam menjelang senja

menjelang senja kuuntai doa
semoga bahagia dan sejahtera

Jambi, 1994

MASJID AGUNG AL-FALLAH

sebuah rumah putih tak letih menunggumu
menumpahkan rindu. masihkah engkau berlalu
ketika azan memanggilmu? cucilah dirimu dari kurap waktu
kenapa engkau termangu memandangku?
cuci tangan dan kakimu
masuklah ke serambi hatiku

beribu hari aku berdiri di sini
tetapi kenapa engkau kalap menangkap isyarat?
aku lebih besar dari meja bilyar
tetapi engkau lebih memilih berjudi dengan nasib
berpusar-pusar di tengah pasar
tak letih menawar agar-agar

aku menjulang melebihi gunung kerinci
tetapi engkau masih juga bingung menghitung makna rezeki
aku megah di atas sepucuk jambi sembilan lurah
tetapi engkau masih juga gelisah

pulanglah ke rumah: tumpahkan segala desah
masuklah ke dalam hatimu sendiri
di sana tegak mimbar kayu jati:
agama ageming ati

Islamic Centre, 1994

Dimas Arika Mihardja adalah pseudonim Sudaryono, lahir di Jogjakarta 3 Juli 1959. Tahun 1985 hijrah ke Jambi menjadi dosen di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraihnya 2002 dengan disertasi “Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia” (telah dibukukan oleh Kelompok Studi Penulisan, 2003).
Sajak-sajaknya terangkum dalam antologi tunggal seperti Sang Guru Sejati (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), Malin Kundang (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1993), Upacara Gerimis (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Potret Diri (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri,1997), dan Ketika Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri danTelanai Printing Graft, 2003). Sajak-sajaknya juga dipublikasikan oleh media massa lokal Sumatera: Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Riau, dan Medan; media massa di Jawa: surabaya, Malang, Semarang, Jogja, Bandung, dan Jakarta.
Antologi puisi bersama antara lain Riak-riak Batanghari (Teater Bohemian, 1988), Nyanyian Kafilah (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), Prosesi (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1992), Percik Pesona 1 & 2 (Taman Budaya Jambi, 1992, 1993), Serambi 1,2,3 (Teater Bohemian, 1991, 1992, 1993), Rendezvous (Orbit Poros Lampung (1993), Jejak, Kumpulan Puisi Penyair Sumbagsel (BKKNI-Taman Budaya Jambi, 1993), Luka Liwa (Teater Potlot Palembang, 1993), Muaro (Taman Budaya jambi 1994), Pusaran Waktu (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Negeri Bayang-bayang (Festival Seni Surabaya, 1996), Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ-TIM Jakarta, 1996), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung, 1997), Amsal Sebuah Patung: Antologi Borobudur Award (Yayasan Gunungan Magelang, 1997), Angkatan 2000 dalam Kesusastraan Indonesia (Gramedia, 2000), Kolaborasi Nusantara (KPKPK-Gama Media, 2006), Antologi Puisi Nusantara: 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2007), Tanah Pilih (Disbudpar Provinsi Jambi, 2008), Jambi di Mata Sastrawan: bungarampai Puisi (Disbudpar Provinsi Jambi, 2009). Novelnya Catatan Harian Maya dimuat secara bersambung di Harian Jambi Independent (2002). Cerpen, esai, dan kritik sastra yang ia tulis tersebar di berbagai media massa koran dan jurnal-jurnal ilmiah. Alamat Rumah: Jln. Kapt. Pattimura No. 42 RT 34 Kenali Besar, Kotabaru, Jambi 36129. e-mail: dimasarikmihardja@yahoo. co.id. atau dimasmihardja@gmail.com

Leave a Reply

Bahasa »