Dini Tri
http://suaramerdeka.com/
CERITA rakyat tak melulu dikemas dalam rasa tradisional. Karena dengan mengikuti perkembangan zaman, cerita tersebut semakin menarik tanpa meninggalkan fungsi hiburan dan pendidikan. Seperti sajian drama tradisonal yang disuguhkan siswa-siswi SMPN 4 Sukoharjo yang mengangkat lakon Ande-ande Lumut ini.
Cerita tersebut diambil dari cerita rakyat Raden Panji dan Galuh Candra Kirana. Iringan karawitan sudah diubah dengan beragam gaya musik, dari keroncong, pop, dan R n? B. Bahkan pada akhir cerita, saat Klenting Kuning dan Ande-ande Lumut bersatu, diiringi lagu ?Munajat Cinta? dari The Rock tetapi tetap dengan iringan karawitan.
Ya, suguhan tersebut ditampilkan dalam Seminar Nasional Sumbangan Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang digelar Program Studi Penidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Senin (21/7).
Cerita rakyat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia bisa dipandang sebagai pisau bermata dua. Menurut guru besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Setya Yuwana Sudikan, dalam keterampilan berbahasa, seperti membaca, menulis, menyimak, dan berbicara, seorang guru bisa memanfaatkan materi cerita rakyat.
?Karena cerita rakyat dapat mengembangkan keterampilan ekspresif sehingga kompeten dalam berkomunikasi dan merupakan bagian dari dunia anak-anak,? ungkapnya ketika menjadi pembicara dalam seminar tersebut.
Prof Setya menambahkan, cerita rakyat bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran apresiasi sastra. Cerita rakyat, kata dia, dapat dijadikan pilihan para guru untuk dipertimbangkan sebagai materi pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.
?Ini sesuai dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai kemanusiaan.?
Multikultural
Menurut penulis buku, Dr Sarwiji Suwandi MPd, kurikulum sekolah di Indonesia membutuhkan pendidikan berwawasan multikultural, salah satu aspeknya adalah cerita rakyat. ?Melalui pembelajaran cerita rakyat, siswa dituntut mampu mengidentifikasi unsur cerita rakyat, dari tokoh, watak, latar, tema atau amanat yang didengarnya,? jelasnya.
Dia menegaskan, hal penting yang perlu di segera diupayakan adalah ketersediaan buku-buku cerita rakyat di perpustakaan daerah dan dan sekolah. Menurutnya, dengan mengenal dan mengapresiasi ragam cerita rakyat, siswa akan menyerap dan menginternasilisasi nilai pendidikan yang terkandung dan meningkatkan wawasan multikultural mereka,? jelasnya.